Pixel Codejatimnow.com

Eksistensi Komunitas Netizen Bisa Jadi Jurus Sukseskan Pemilu 2024

Editor : Redaksi  
Moch. Rois
Moch. Rois

jatimnow.com - Berbicara soal pengawasan partisipatif dan peningkatan partisiaptif warga untuk hadir saat Pemilihan Umum (Pemilu), sudah pasti para penyelenggara Pemilu seperti KPU dan Bawaslu akan gencar melakukan sosialisasi.

Target sosialisasi yang kerap terlihat memang sangat beragam, menyentuh semua kalangan. Seperti sosialisasi di instansi pendidikan untuk menggaet partisipasi pemilih pemula, kemudian sosialisasi dengan berbagai organisasi masyarakat, oragisasi perkumpulan profesi atau hobi, serta beriklan di media masa cetak, televisi ataupun media online.

Bahkan, para penyelenggara Pemilu sampai masuk ke desa-desa dan kampung-kampung untuk lebih memasifkan sosialisasi terkait partisipasi masyarakat dengan berbagai metode.

Di era digital teknologi yang berkembang saat ini dan mulai maraknya berbagai jenis platfrom media sosial, fenomena di masyarakat Kabupaten Pasuruan saat ini mulai memunculkan gaya baru berkomunitas, yakni komunitas grup media sosial.

Yang sangat lazim dijumpai dengan kapasitas pengikut banyak dan terbuka di Kabupaten Pasuruan adalah mulai menjamurnya komunitas grup media sosial Facebook. Grup media sosial WhatsApp pun juga banyak, tapi terkesan eksklusif karena kurang bisa menampung peserta secara masal.

Munculnya berbagai komunitas media sosial grup Facebook atau yang akrab disapa para netizen ini tentu jika dimanfaatkan pelibatannya untuk sosialisasi oleh penyelenggara pemilu KPU dan Bawaslu untuk pengawasan pelanggaran Pemilu.

Tentu akan membuat semakin sempurna di tengah usaha masif yang sudah dilakukan oleh para petugas di lapangan. Sebab, komunitas netizen Facebook di Kabupaten Pasuruan ini telah terbentuk beberapa kelompok yang eksis di tataran kabupaten, kecamatan, sampai tingkat desa.

Ambil contoh grup Info Lantas dan Kriminal Pasuruan (ILKP) yang anggotanya sebesar 66.350 orang. Sedangkan untuk grup yang membawa nama kecamatan lebih banyak lagi, seperti grup Sukorejo Pintar yang berisi 84.815 netizen, Info Bangil dan Sekitarnya berisi 47.833 netizen, Info Seputar Genpol berisi 40.184, Info Seputar Pandaan berisi 28.583 netizen, Purwosari Hebat berisi 27.635 netizen, Wong Nguling berisi 53.987 netizen, Nongkojajar Info berisi 26.405 netizen dan masih banyak grup lagi di tingkatan kecamatan yang belum saya tuliskan.

Untuk grup Facebook tingkat desa, jumlah pengikutnya tidak sebanyak di grup yang memakai nama kecamatan dan kabupaten. Ambil contoh grup Warga Sentul Purwodadi yang berisi 6.239 netizen dan Dayurejo Desa Kita yang berisi 10.798 netizen.

Baca juga:
JaDI Laporkan Calon DPD Kondang Kusumaning Ayu ke Bawaslu Jatim

Nah, dari banyaknya netizen itu jika dimanfaatkan dengan kerja sama sosialisasi dan pengawasan, sudah apasti akan menambah persentase kemungkinan suksesnya Pemilu.

Sebagian orang mungkin mengira jika netizen ini adalah masa yang bebas aktif dan jika bergerak di media sosial sangat brutal, utamanya saat mengahakimi problem viral dengan bulliyingnya. Hal itu dikarenakan para netizen ini berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, sikap, budaya dan kondisi sosial serta tingkat ekonomi yang berbeda, sehingga irama kedinamisan akan selalu muncul.

Jika berbicara soal pemilihan umum, ribuan netizen itu pastilah mewakili semua jenis tipe pemilih dan beragam faktor yang mempengaruhinya. Mulai dari pemilih cerdas yang melihat visi misi atau progam serta ideologi sang calon, lalu pemilih loyal atau tradisional yang dipengaruhi faktor tradisi lingkungan dan kesetiaan terhadap parpol.

Tidak sampai di situ saja, kalangan netizen di lintas grup itu pasti terdapat pemilih yang pragmatis, dimana amplopan uang menjadi faktor penentu dan pemilih irasional yang kerap kali bergerak akibat intimidasi dan atau ikut mengintimidasi seseorang untuk memilih. Pemilih irasional juga dikaitkan denga para korban penggiringan isu oleh seorang aktor eksternal.

Komplitnya keragaman latar belakang keanggotaan di komunitas netizen ini membuat keberadaan komunitas tersebut sangat cocok dijadikan sebagai pemantau Pemilu.

Baca juga:
Rumor Gus Muhdlor Masuk Gerindra Jatim Mencuat, Begini Kata Sadad

Namun jika pengorganisiran administratif dirasa sulit dilakukan oleh komunitas netizen. Diharapkan lembaga KPU dan Bawaslu mau sedikit merendah dan mewadahi mereka sebagai informan atas terjadinya pelanggaran atau kealpaan petugas pada pelaksanaan tahapan pemilu di lapangan.

Hal ini menjadi penting, sebab personel KPU dan Bawaslu di suatu kabupaten atau kota pasti tidak akan mampu mensukseskan Pemilu yang semarak tanpa dukungan masyarakat luas.

Segala pengumuman penting terkait tahapan kepemiluan pun pasti akan mudah dipahami masyarakat jika terus menerus disosialisasikan ke dalam grup komunitas netizen yang punya pengikut besar.

Penulis: Mochamad Rois. Jurnalis jatimnow.com di wilayah liputan Kota/Kabupaten Pasuruan.