Pixel Codejatimnow.com

Pemkab Ponorogo Peringati 1 Suro, Tenggelamkan Tumpeng Raksasa di Telaga Ngebel

Editor : Redaksi  Reporter : Advertorial Ahmad Fauzani
Tumpeng raksasa yang ditenggelamkan di Telaga Ngebel. (Foto: Ahmad Fauzani/jatimnow.com)
Tumpeng raksasa yang ditenggelamkan di Telaga Ngebel. (Foto: Ahmad Fauzani/jatimnow.com)

jatimnow.com - Sebuah tumpeng raksasa ditenggelamkan di Telaga Ngebel Ponorogo, Rabu (19/7/2023). Event ini digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo untuk memperingati 1 Suro atau 1 Muharam.

Untuk 1 Suro sekarang, ada 4 tumpeng yang disediakan. Satu tumpeng merupakan tumpeng agung yang berbentuk raksasa untuk ditenggelamkan di Telaga Ngebel.

Selanjutnya 3 tumpeng kecil yang akan diperebutkan oleh warga. Untuk 3 tumpeng itu 1 tumpeng berisi sayur-sayuran. dua tumpeng lainnya berisi buah-buahan. Ada yang berbeda, tumpeng buah kali ini ada buah durian.

Sebelum dilarung maupun diperebutkan, tumpeng-tumpeng tersebut dikirab keliling Telaga Ngebel dengan menggunakan kendaraan roda empat.

Tumpeng agung kemudian diletakkan di atas rakit untuk dilarung ke tengah telaga. Sementara 3 tumpeng sayur dan buah, diperebutkan warga untuk mendapatkan berkah.

Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko mengatakan bahwa larungan adalah tradisi. Tradisi turun temurun itu bentuk doa diimplementasikan dengan doa teatrikal, doa dengan simbol-simbol.

"Maka diberangkatkan dengan selawatan, tarian, tradisi luar biasa, harus uri-uri," ujar Kang Giri, sapaan akrab Sugiri Sancoko, kepada media.

Baca juga:
Grebeg Suro Ponorogo 2024 Nyaris Tanpa APBD, Beneran?

Dengan tradisi itu, berarti warga Ponorogo bersyukur terhadap ketetapan Allah SWT. Tumpeng agung yang dilarung berbahan beras merah.

“Ikan butuh makan dilarung beras nasi, bagian panenan ikan makan. Ikan sehat menjadi ikan organik,” kata orang nomor satu di Ponorogo.

Dia mempunyai rencana, bahwa tradisi larungan di Telaga Ngebel bakal dibesarkan. Tidak hanya tumpeng porak 3 buah. Tetapi akan lebih banyak dengan isi yang berbeda bukan sekedar hasil bumi.

Contohnya tumpeng UMKM desa A yang mempunyai produksi keripik tempe. Di situ, ada tumpeng keripik tempe. Kemudian desa B ada manggis atau durian

Baca juga:
Tuai Polemik, Mutasi Jabatan Pemkab Ponorogo Sah atau Tidak?

“Biar dapat tumpeng yang banyak, kita lombakan biar ramai,” terangnya.

Dia mengaku nanti dengan begitu Pendaptan Asli Daerah (PAD) dari restribusi tiket masuk Telaga Ngebel bertambah. Pun UMKM jalan, penghasilan tambah.

“PAD jalan, UMKM jalan, wisata lancar, kesejahteraan rakyat tercapai berkah Allah SWT,” pungkasnya. (ADV)