jatimnow.com - Pohon Trembesi berlumut dengan usia ratusan tahun menjadi latar unik yang menambah nilai eksotis dalam Banyuwangi Fashion Festival (BFF).
Digelar di De Djawatan, Banyuwangi, Sabtu (22/7/2023), kegiatan fashion show ini mencoba memadukan keindahan alam dengan ragam busana kreasi para desainer bumi Blambangan.
Gelaran fashion show di tengah alam terbuka tersebut, menurut Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, adalah sebuah simbol untuk mewujudkan suatu industri yang ramah lingkungan.
“Industri desain busana ini harus bisa menjadi contoh bagi industri yang lain agar ramah lingkungan dan memperhatikan keberlanjutan,” ungkapnya saat pembukaan.
Tidak hanya itu, Ipuk juga mendorong terwujudnya kesadaran kolektif untuk menjaga alam.
“Memadukan keindahan alam ciptaan Tuhan dengan kreasi terbaik buatan manusia ini, semoga menghadirkan kesadaran bagi kita untuk terus menjaganya,” ujarnya.
Baca juga:
Eksistensi Batik Khas Lamongan, Potensi Penjualan Tembus Rp20 Miliar
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi Nanin Oktavianti menyebutkan bahwa gelaran BFF yang memasuki tahun ketujuh ini sebagai panggung bagi para perancang dan talenta model lokal untuk unjuk karya.
Tak kurang dari sebelas desainer dan 35 dress maker (pembuat baju) dilibatkan dalam mewujudkan aneka outfit yang bisa dikenakan dalam ragam kegiatan. Mulai pakaian formal hingga casual.
“Kami tidak hanya melibatkan para desainer yang telah memiliki banyak prestasi dan pengalaman. Tapi, juga melibatkan para dress maker dari kalangan pelajar. Harapannya ada sharing wawasan dan pengalaman,” terang Nanin.
Baca juga:
Peringatan Hari Ibu di Ponorogo, Bupati hingga Kapolres Berlenggak-lenggok di Atas Catwalk
Lebih jauh, Nanin memaparkan, industri desain busana di Banyuwangi terus bergeliat tiap tahunnya. Mulai dari wastra atau kain nusantara yang berupa batik, hingga ragam pemanfaatannya menjadi aneka mode pakaian terus berkembang. Tak sedikit yang berhasil menembus pangsa pasar nasional hingga internasional.
“Geliat ini terus kami dorong untuk mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Banyuwangi,” imbuhnya.
De Djawatan sengaja dipilih menjadi lokasi BFF kali ini, juga bertujuan untuk mendorong tingkat kunjungan wisata. Bekas tempat penimbunan kayu milik djawatan perkebunan yang telah non-aktif itu beralih menjadi hutan trembesi yang eksotis.