Pixel Code jatimnow.com

4 Kriteria Sosok yang Layak jadi Pj Gubernur Jatim

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Ni'am Kurniawan
Khofifah-Emil saat awal menjabat. (Foto: dok. jatimnow.com)
Khofifah-Emil saat awal menjabat. (Foto: dok. jatimnow.com)

jatimnow.com - Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Dr Suko Widodo menyebutkan, setidaknya ada 4 kriteria sosok yang pantas ditunjuk untuk mengisi kekosongan jabatan gubernur dan wakil gubernur Jatim.

Seperti diketahui masa kepemimpinan pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak sebagai pemimpin Jawa Timur berakhir 31 Desember 2023. Itu sesuai UU No 10 Tahun 2023 tentang Pilkada.

4 Kriteria

Suko mengatakan, kriteria pertama yakni paham tentang kultur dan sosial politik warga Jatim yang cukup beragam. Jatim memiliki masyarakat multikultur. Sehingga, socio political cultur menjadi poin penting.

"Socio cultural itu soal kebudayaan. Jawa Timur itu multikultur, ada Madura, ada Pandalungan, ada Arek, ada Mataraman. Tentu penanganannya harus sepaham. Kalau sosial politik, Jawa Timur kekuatan politiknya cukup berimbang dan bervariasi," ungkap Suko, Rabu (9/8/2023) malam.

Kriteria kedua, yaitu memiliki kapasitas leadership yang memadai. Menurut Suko, sosok yang pantas menjadi Pj Gubernur Jatim adalah yang memiliki pengalaman di berbagai bidang.

Baca juga:
Besaran APBD Jatim 2025, Pendidikan dan Kesehatan jadi Prioritas

"Leadership itu gini, orang keuangan misalnya. Dia kan nggak bisa memimpin Jawa Timur karena nggak punya keahlian leadership yang berkaitan secara umum," jelas dosen Komunikasi Unair tersebut.

Ketiga, adalah dia yang memiliki orientasi kewilayahan secara luas.

"Ada orang-orang yang tidak pernah punya pengalaman wilayah, ngurusi menungso, ngurusi alam. Misalkan, dosen biasa ngurus buku, ya gak iso lah ngurus wong," tutur Suko.

Baca juga:
13 Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Asal Jatim: Ada Bahasa Madura - Ampo Tuban

Terakhir yang keempat, adalah sosok yang memiliki pengalaman dalam mengelola anggaran sekelas provinsi. Menurutnya ini penting, karena anggaran di provinsi tak sebesar di tingkat kabupaten/kota.

"Ini penting karena triliunan. Misalnya seorang bupati, itu kan kecil karena di daerah. Atau dari departemen yang pangkatnya kabag, kan nggak mungkin. Jadi, paling tidak dia harus punya pengalaman mengelola anggaran triliunan," sebutnya.