Pixel Codejatimnow.com

Kisah Pertapaan Putra Selir Kerajaan Kediri di Desa Keniten Mojo

Editor : Endang Pergiwati  Reporter : Yanuar Dedy
Suasana di Petilasan Selo Gilang. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Suasana di Petilasan Selo Gilang. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)

jatimnow.com - Sebuah desa kecil bernama Keniten, di Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri memiliki cerita yang menarik di masa lampau.

Desa dengan luas 6,81 km persegi di lereng Gunung Wilis ini lahir dari kisah pertapaan putra selir Kerajaan Kediri; Potro Kusumo.

Pertapaan tersebut berada di sebelah utara Balai Desa Keniten. Gapura tinggi besar berwarna putih, menjadi pembuka jalan kami menuju pertapaan sang pengembara di atas bukit. Harus melewati puluhan anak tangga sebelum sampai di lokasi yang kini dikenal sebagai Petilasan Selo Gilang.

“Jadi di sini merupakan tempat pamuksan atau pertapaan Potro Kusumo, pengembara. Miturut cerita sesepuh, Mbah Potro Kusumo ini putra selir dari Kerajaan Kediri,” kata Kepala Desa Keniten, Arik Suryani, Sabtu (19/8/2023).

Konon pengembaraan Potro Kusumo ini sampai di Laut Selatan. Setelah lama mengembara, dia kembali dan menemukan sebuah tempat di bukit kecil di lereng Gunung Wilis ini. Dia kemudian beristirahat bersama prajuritnya di sana.

Aliran kebatinan dan kesejukkan di bukit kecil ini yang membuat Potro Kusumo betah. Bertahun-tahun dia meningkatkan kesaktiannya di desa yang kini dikenal sebagai sentra tahu tersebut hingga akhirnya moksa atau hilang.

Menurut Arik, sebelum hilang, Potro Kusumo sempat bercerita tentang kesannya terhadap bukit ini yang disebutnya Kanita atau dalam bahasa Sansekerta berarti sejuk.

Baca juga:
Di Glamping Baru Kediri, Ada Pesona Lereng Wilis dan Sarapan dengan Rantang Jadul

“Sebelum mukso, Mbah Potro Kusumo ini pernah bercerita ke kawulo kinasih atau anak buahnya bahwa tempat ini sejuk, Kanita dalam bahasa Sansekerta. Lha lidahnya orang Jawa jadilah Keniten sampai anak cucu,” jelasnya. Jadilah kawasan ini sebagai Desa Keniten.

Di atas bukit, tempat pertapaan Potro Kusumo ini suasana memang terasa sangat sejuk. Saat kami menyambangi lokasi ini, terasa semilir angin di bawah pepohonan yang rindang. Pegunungan Wilis yang tampak dari kejauhan juga menambah kesan damai kawasan ini.

Petilasan Selo Gilang ini mulai dibangun sekitar tahun 1980 oleh trah Potro Kusumo dari Jogja. Itu kenapa gapura di sana lebih mirip dengan bangunan-bangunan keraton. Tahun 2015, bangunan itu kemudian diserahkan menjadi aset desa.

Baca juga:
Bukan Cuma Kelud, Kediri Simpan Potensi Wisata Luar Biasa di Kaki Gunung Wilis

Setiap suro sesuai penanggalan Jawa, keluarga Potro Kusumo masih sering datang untuk berziarah. Pihak desa juga rutin setiap tahun menggelar doa di petilasan yang menjadi cikal bakal desa ini.

“Masyarakat sekitar yang biasanya punya gawe seperti itu juga doa di sana, nyadran ya istilahnya,” terang bu Kades.