Pixel Code jatimnow.com

Terapi Energi Polisi RW Aiptu Ony Kristiyan Bantu Sembuhkan Warga Sakit di Kediri

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Yanuar Dedy
Aiptu Ony Kristiyan saat menerapi ojek online. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Aiptu Ony Kristiyan saat menerapi ojek online. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)

jatimnow.com - Aiptu Ony Kristiyan, salah satu Polisi RW di Kediri memiliki kemampuan lain di luar tugasnya sebagai penegak hukum. Dia bisa melakukan pengobatan dengan metode terapi menggunakan energi alam untuk membantu penyembuhan warga di wilayah binaannya, sakit gigi hingga kesurupan.

Aiptu Ony Kristiyan saat ini berdinas di Satuan Pembinaan Masyarakat (Satbinmas) Polres Kediri Kota. Dia menekuni ilmu ini sejak empat tahun lalu.

Terapi itu ia berikan untuk warga di wilayah binaannya. Termasuk di sekitar stasiun tempat mangkal para pengemudi ojek online. Dia pun siap membantu bila Ojol ini sedang mengalami keseleo, sakit gigi, maupun lainnya.

"Ya biasanya sambang di desa binaan saya sebagai polisi RW, di tongkrongan ojek online atau apa gitu. Nongkrong sambil ngobrol santai. Kalau ada yang mau diterapi ya saya terapi,” katanya, Senin (28/8/2023).

Polisi yang tinggal di Perumahan Jenggolo Indah Gogorante, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri ini menceritakan, mulai menekuni metode pengobatan terapi menggunakan energi alam ini kurang lebih empat tahun lalu.

Awalnya, dia yang juga menjadi pembina Pramuka ketika melakukan kegiatan di luar ruangan atau jelajah ada kejadian siswa kesurupan. Dari situlah, ia merasa bingung apa yang harus dilakukan sehingga bertanya-tanya kepada para seniornya Pramuka.

Ony kemudian melakukan praktik terapi pengobatan pertamanya di keluarga dan temannya di antaranya keseleo, pusing, hingga sakit gigi. Ketika hasilnya baik, ia memilih untuk berani menerapi orang lain baik bertemu orang lain di pinggir jalan maupun teman kerja. Meski demikian, dia menawarkan terapi terlebih dahulu kepada mereka tanpa biaya apapun alias gratis.

"Saya tidak memaksa kalau mereka mau diterapi atau tidak, yang jelas prinsip saya bisa membantu mereka," ungkap polisi berusia 45 tahun ini.

Ini tidak mengganggu tugasnya sebagai seorang polisi. Hal itu dikarenakan, proses terapi tersebut dilakukan dengan waktu yang tidak lama.

Baca juga:
Mengenal Alfredo Nararya, Pemain Persebaya U-16 yang Jago Sains

Namun demikian, ia kerap menerapi orang dengan posisi masih memakai seragam dinas polisi. Baginya, hal tersebut tidak bermasalah karena tujuannya adalah bisa membantu orang yang sedang membutuhkan.

"Saya juga siap datang ke rumah pasien untuk menerapi terus sampai orangnya sudah merasa baik baru selesai," bebernya.

Bapak dua anak itu mengaku bersyukur karena selama ini tidak merasa kesulitan dalam melakukan terali pengobatan. Tak hanya di Kediri, dia juga pernah menerapi hingga ke Tulungagung, Nganjuk, Magetan hingga Pasuruan.

Baginya, semua pasien yang diterapi selama ini sangat berkesan karena tidak ada yang sama. Apalagi, ia tertarik dengan dunia gaib yang menjadi hal baru karena tidak pernah menemui seperti itu.

"Yang terpenting saat mau menerapi pasien saya sampaikan harus pasrahkan diri sepenuhnya kepada tuhan untuk minta kesembuhan dan dilarang memberikan imbalan apapun kepadanya atau orang menerapi, baik uang maupun barang," tambahnya.

Baca juga:
Sosok Wamensesneg Bambang Eko di Mata Tetangga Jember, Pintar Sejak SD

Paling banyak yang diterapi selama ini adalah pasien dewasa yang mengalami keseleo, retak, hingga patah tulang. Dalam pengobatan itu, polisi yang juga menjadi pembina Pramuka Saka Bhayangkara tersebut mempunyai dua konsep terapi baik tatap muka maupun jarak jauh.

Ada kelebihan ketika menerapi tatap muka karena bisa mensugesti pasien dengan tujuan utama untuk bisa mengubah pola fikir pasien agar lebih baik salah satunya berfikir positif sekaligus guna mengetahui reaksi sakitnya seperti apa dan langkah yang diambil. Dia juga kerap diminta untuk menerapi orang kesurupan.

Bahkan, ia juga menerapi massal bersama dengan timnya karena untuk mengantisipasi atau membantu reaksi pasien seperti menangis, meraung-raung maupun lainnya.

"Di Kediri sendiri sudah banyak (orang menerapi), kadang bilamana saya tidak bisa menerapi maka saya sampaikan kepada teman-teman," pungkas Aiptu Ony Kristiyan.