Pixel Code jatimnow.com

Hari Kesehatan Mental Sedunia, Psikolog: Ini Bahayanya Stigma yang Dibesarkan

Editor : Endang Pergiwati   Reporter : Ni'am Kurniawan
Anggota DPRD Komisi B Provinsi Jawa Timur, Agatha Retnosari, saat menggelar seminar. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)
Anggota DPRD Komisi B Provinsi Jawa Timur, Agatha Retnosari, saat menggelar seminar. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)

jatimnow.com - Dalam rangka Hari Kesehatan Mental Sedunia yang diperingati setiap tanggal 10 Oktober, anggota DPRD Komisi B Provinsi Jawa Timur, Agatha Retnosari menggelar seminar bertajuk 'Kamu Tidak Sendiri'.

Ia menghadirkan salah satu pakar psikologi untuk memberikan pemaparan lebih lanjut terkait kesehatan mental, Barbara Nathania, M.Psi, yakni dosen dan juga terapis autis.

Barbara menerangkan bahwa bahayanya membuka stigma terhadap subjek tertentu, hingga pada diri sendiri, yang pada akhirnya membuat kecemasan yang dibesarkan.

"Sedikit-sedikit bilang saya ini anxiety disorder. Saya ini hiperaktif, sehingga susah fokus. Padahal tidak sesederhana itu, untuk mengatakan diri kita dengan label saya begini saya begitu," kata Barbara saat seminar di Hotel Aria, Surabaya, Sabtu (14/10/2023).

Menurut Barbara, banyaknya informasi yang dibagi melalui sosial media menjadikan diri lebih peduli dengan kesehatan mental diri.

Deteksi dini memang baik untuk penanganan dari awal. Namun, stigma tersebut terkadang menjadikan alasan untuk semakin tidak produktif, dan membatasi diri menjadi tidak berkembang.

Selfcare adalah upaya untuk membuat diri lebih berdaya dan berfungsi secara optimal. Beberapa tips dibagikan oleh Barbara untuk mengatasi hal-hal yang dirasa bermasalah dalam diri kita.

Baca juga:
Pimpinan DPRD Jatim 2024 - 2029 Lengkap, Ini Usulan Nama dari PDIP dan Gerindra

Kemudian, sesuai tema yang diambil, ia juga mengajak untuk caring communication dengan teman yang ada di sekitar. Kuncinya adalah mendengarkan.

"Kita sebagai teman, bisa mendengarkan lalu mencari kekuatan yang bisa membantu dia pulih dari permasalahan. Hindari perkataan yang membuat dia merasa tidak berharga,” kata dia.

Sementara, menurut Agatha, seminar ini adalah upaya PDI Perjuangan Jatim memberi perhatian kepada warga tentang pentingnya menjaga mental anak bangsa.

"Kita bisa menjadi bangsa yang hebat, tidak hanya urusan fisik, tapi juga mental,” kata Agatha.

Baca juga:
DPRD Jatim Terima Keluhan Pekerja Wonokoyo Korban PHK

Lebih lanjut, Agatha memaparkan, seminar ini merupakan cara untuk menyikapi Laporan Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-Namhs) yang menunjukkan bahwa 1 dari 3 remaja Indonesia usia 10-17 tahun memiliki masalah kesehatan mental.

Sementara 1 dari 20 remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir (data 2022). Dilansir dari laman Uiversitas Gadjah Mada (UGM), angka tersebut setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja.

"Melalui acara ini sebenarnya saya ingin memberikan bekal penguatan untuk masing-masing pribadi lebih dahulu. Mulainya dari diri sendiri. Spektrumnya sangat luas, masing-masing adalah pribadi yang unik. Tidak ada yang sempurna. Acceptance dulu. Semoga pengalaman malam hari ini memperkaya diri kita masing-masing,” jelasnya.