Pixel Codejatimnow.com

Hormati Leluhur, Umat Kong Hu Chu Gelar Ritual King Hoo Ping

 Reporter : Erwin Yohanes CF Glorian
Membakar uang mainan dan lain sebagainya dalam ritual King Hoo Ping
Membakar uang mainan dan lain sebagainya dalam ritual King Hoo Ping

jatimnow.com - Ritual King Hoo Ping atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah rebutan, merupakan satu ritual yang ditujukan untuk menghormati para leluhur bagi para umat Kong Hu Chu. Ritual ini dilakukan umat Kong Hu Cu setiap tanggal 15 bulan Tujuh Imlek.

Di Klenteng Poo An Kiong, ritual ini diikuti oleh sekitar seratus orang keturunan Tionghoa. Para umat tampak khidmat mengikuti ritual yang ditujukan bagi para pendahulu yang sudah meninggal dunia.

"King Hoo Ping dilaksanakan pada Qi Yue Imlek (Bulan ke Tujuh tahun Imlek). Pada tanggal 15 ritual sudah dilakukan setiap rumah dan tanggal 21 dilakukan serentak di sini (Klenteng Poo An Kiong)," kata XS Titis Tri Warsi, Rohaniah Kong Hu Chu, Jumat (31/08/2018).

Ritual King Hoo Ping diawali dengan berdoa kepada Tuhan. Setelah itu dilanjutkan dengan mendoakan para suci dan dilanjutkan dengan doa kepada para malaikat bumi.

"Karena kita itu meninggal dan dikembalikan ke bumi. Makanya ini sebagai rasa terimakasih kepada malaikat bumi," papar dia.

Usai doa kepada para malaikat bumi, para umat kemudian mulai mendoakan para leluhurnya. Sebagai penyempurnaan sembahyang, ada ritual Ming Zi. Dalam ritual ini, umat membakar benda berharga sebagai tanda agar dinikmati oleh para pendahulu.

Mulai dari pakaian, perhiasan dan uang, semuanya dimasukkan ke dalam kotak dan dibakar. Namun yang dibakar adalah uang mainan dan perhiasan imitasi. Pembakaran benda berharga itu dilakukan didepan kelenteng.

"Ini hanya sebagai simbol saja. Agar nanti bisa dinikmati juga oleh para leluhur. Leluhur itu bisa neneknya, atau ayah dan ibu yang sudah meninggal," ujar wanita berkacamata tersebut.

Bulan hantu ini kemudian diakhiri dengan pembagian beras, dan makanan ringan kepada anak-anak. Bila dulunya acara ini dilakukan dengan cara berebut, namun kini diubah dengan sistem kupon.

"Dulu memang rebutan. Tapi karena dampaknya juga ndak baik ada yang terinjak dan terjepit, sekarang pakai kupon. Toh mereka juga menerimanya dan dampaknya lebih baik," pungkasnya.

Reporter: CF Glorian
Editor: Erwin Yohanes