Pixel Codejatimnow.com

Kopi Jenggala Sidoarjo, Pahit Legitnya Perjuangan Pemberdayaan Perempuan

Editor : Endang Pergiwati  Reporter : Ahaddiini HM
Pemilik usaha Kopi Jenggala, Weni Dwi Agustina. (Foto: Ahaddinii HM/jatimnow.com)
Pemilik usaha Kopi Jenggala, Weni Dwi Agustina. (Foto: Ahaddinii HM/jatimnow.com)

jatimnow.com  – Bisnis kopi tidak hanya didominasi kaum pria. Di Sidoarjo, ada perempuan pelaku usaha kopi yang bergelut dengan beragam halangan dan rintangan dan kini meraih sukses.

Perempuan gigih tersebut bernama Weni Dwi Agustina. Di usia 34 tahun, ia berhasil mendirikan usaha bubuk kopi Jenggala dan meraih banyak pelanggan setia.

Sebelumnya, bukan bubuk kopi menjadi incarannya mendirikan usaha, melainkan budidaya jamur tiram. Namun saat gulung tukar tahun 2019, Wenny pun beralih menggeluti biji kopi secara otodidak.  

Wenny mengaku melirik komoditas kopi karena bijih berasa pahit legit tersebut karena kopi telah menjadi kebutuhan pokok kedua dari masyarakat.

Selain itu, dirinya ingin turut mengajak perempuan lainnya di Sidoarjo untuk mandiri dan berdaya dalam rangka mengangkat derajat kaum perempuan di usaha yang saya geluti ini," ungkapnya secara langsung kepada jatimnow.com di tempat produksi Kopi Jenggala di Perumahan Citra Harmoni, Rabu (22/11/2023).

Nama Jenggala sendiri dipilih Weni karena memiliki nilai filosofis.  

"Saya ambil nama Jenggala dari kata Jembatan Jenggolo, yang merupakan ikon Kota Sidoarjo. Ini  adalah wujud kecintaan saya pada Sidoarjo," terangnya.

Weni dengan peralatan usaha kopinya.Weni dengan peralatan usaha kopinya.

Meski soal asal kopi Jenggala sendiri, Weni mengaku tidak dari Sidoarjo. Ia lebih memilih mengambil biji kopi dari petani kopi daerah Bromo Pasuruan, Dampit Malang dan Bondowoso.

“Saya pilih tiga daerah itu karena biji kopi di daerah itu memiliki ada ciri khusus dan para petaninya bisa dijangkau dengan kerjasama secara berkelanjutan tanpa takut kehabisan stok," tutur Ibu tiga orang anak ini.

Ciri khas itu yang disebutnya itu, terang Weni, adalah biji kopi merah yang diproses secara natural oleh para petani. Ciri khas ini pula yang membuat kopi Jenggala memiliki rasa yang istimewa.

Pada proses selanjutnya, dirinya menggunakan mesin modern berkapasitas 100 kilogram per hari. Prosesnya, biji kopi dimasukkan ke dalam mesin bersuhu 200 derajat. Setelah itu, dimasukkan ke cooling.

“Kemudian dilanjutkan proses sortir untuk menghasilkan biji kopi murni tanpa campuran batang, kulit dan lainnya. Diproses ke dalam mesin penggilingan. Setelah dingin baru, dikemas dan didistribusikan," papar pelaku UMKM asli Sidoarjo ini.

Baca juga:
Titik Indrawati Sukses Berbisnis karena Ingin Angkat Derajat Keluarga

Menjalankan bisnis kopi membuat Wenny banyak mengalami jatuh bangun. Namun segala rintangan dilalui dengan semangat perjuangan demi mempertahankan usaha kopi Jenggalnya ini.

"Sebelum punya mesin, saya pakai teflon juga mesin ongkleng. Alhamdulillah, sekarang sudah ada mesin sendiri,” ujarnya sambil tersenyum.  

Tak hanya soal peralatan sebagai sarana bisnisnya, Wenny juga mengungkapkan banyaknya kompetitor kopi yang menggunakan beragam campuran seperti jagung, gandum, agar harga jualnya lebih murah. Namun Weni yang dibantu sembilan pegawainya tak kekurangan cara. Ia mengerahkan beragam strategi baru dalam pemasaran produknya.

"Dari situ saya berpikir dan melakukan strategi dengan mengedukasi para pelanggan untuk menikmati Kopi Jenggala. Kita memberikan sample gratis dan kartu nama, dari situ ada feedback dari penikmat. Sekarang saya mempersiapkan untuk kopi dalam kemasan peppercup, kopi siap seduh, bisa dibawa ketika bepergian tinggal seduh air panas," imbuh pengusaha kuliner kopi ini.

Ada beragam jenis dan harga Kopi Jenggala yang ditawarkan Weni.

"Ada arabika, liberika, robusta dan kopi rempah dengan kandungan jahe merah, kapulaga, jinten hitam, kayu manis, cengkeh, bunga lawang dan sereh,” paparnya.  

Kopi Jenggala dengan kemasan middle low 250 gram dijual Rp17 ribu, bisa didapatkan di pasar tradisional dan marketplace, sedangkan middle up kemasan premium seperti Carabian dengan harga Rp20 ribu sampai Rp25 ribu per kemasan bisa didapatkan di swalayan, Indomaret, Nagamas, pusat oleh-oleh Sidoarjo, Surabaya, khusus Jakarta di Smesco Mart. Bahkan kini Kopi Jenggala sudah diekspor ke Australia setelah lolos kompetisi.

Baca juga:
Penyintas ODGJ Malang Bangkit lewat UMKM, Siap Bersaing di Pasar Online

Dengan omset Rp15 juta per hari, Weni terus mengembangkan dan memajukan usahanya melalui berbagai kompetisi dan kontes baik skala nasional dan internasional.

“Saat ini, Alhamdulillah, masuk seleksi Pengusaha Muda Brilian (PMB) 2023 yang diadakan oleh BRI, masuk 100 besar se-Indonesia," ucapnya sumringah.

Weni berharap, usaha kopi Jenggala dapat  mencapai pangsa pasar luar negeri dengan dukungan Pemerintah dan pihak terkait, karena di beberapa tempat tertentu ada syarat standar Internasional yang harus dipenuhi.

Namun harapan terbesarnya, adalah mengajak dan membuka peluang lapangan kerja lebih luas bagi para perempuan untuk berkontribusi melalui UMKM kopi miliknya.