Pixel Codejatimnow.com

Dari Kampung Kumuh Disulap Menjadi Miniatur Banyuwangi

Salah satu spot bergambar biota laut 3 dimensi di Kampung Kaempuan/ Foto: Hafiluddin Ahmad
Salah satu spot bergambar biota laut 3 dimensi di Kampung Kaempuan/ Foto: Hafiluddin Ahmad

jatimnow.com – Sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur terjadi di Dusun Kaempuan, Kelurahan Panderejo, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi.

Semula, kampung tersebut hingga tahun 2014 mendapatkan predikat kampung dengan lingkungan kumuh.

Tetapi, perubahan yang dilakukan membuat kampung di pusat kota itu terlihat berbeda. Apalagi ada warna-warni dengan berbagai mural, lukisan, dan taman-taman kecil disetiap sudut tembok rumah warga.

Untuk menuju kampung yang berjarak sekitar 1 km dari Kantor Pemkab Banyuwangi, pengunjung dapat menggunakan jalur dari perempatan Taman Sritanjung ke arah Simpang Lima. Tepat di Jalan PB Soedirman atau sekitar 50 meter kiri jalan dari Taman Sritanjung.

Saat ditemui di lokasi, Andreas Ragil (30) salah seorang pendamping di kampung itu mengakui, bahwa dulu di sekitar kawasan tersebut terlihat kotor dan kumuh. Hal itu lah, yang kemudian menjadi otokritik sebagian masyarakat.

Sekitar 4 orang, diantaranya yang akrab disapa Agus Mural, Om Sukir, Pak Hanis dan dirinya berkeinginan untuk merubah potret kampungnya.

“Sekarang saat masuk kampung ini, akan disambut dengan tulisan Kampung Lukis Kaempuan. Lukisan pertama, ada gambar seorang empu yang diambil dari nama dusun tersebut. Gambar kedua, lukisan perang Puputan Bayu yang pernah terjadi di Bumi Blambangan,” ungkapnya memulai sesi wawancara, Rabu (5/9/2018).

Awalnya atau sekitar 3 tahun yang lalu, masyarakat terkesan acuh terhadap ide menjadikan kampung tersebut bersih, asri, dan sedap dipandang.

Lambat laun, progres yang terjadi atau sejak Februari 2018, sebagian masyarakat mulai tergugah dan menerima ide menjadikan kampung tersebut bak miniatur Banyuwangi.

“Ada lukisan tentang pahlawan, pantai, biota laut, mural, hingga gambar 3 dimensi di tembok-tembok rumah, taman kecil di setiap rumah warga. Ada juga kesenian di Banyuwangi yang dipentaskan setiap momen Agustusan,” cetus Ragil.

“Bagian mural ada mas Agus, Om Sukir, dan Pak Hanis yang bagian penataan taman. Semuanya dilakukan secara swadaya,” imbuhnya.

Baca juga:
Mengenal Ritual Seblang Olehsari di Banyuwangi, Menari 7 Hari Berturut-turut

Saat malam hari, lanjutnya, pengunjung akan dimanjakan oleh kerlap-kerlip lampu hias yang berwarna-warni. Hal itu, menjadikan kampungnya terlihat eksotis.

“Desainernya mbak Rima Agustina yang menggunakan bahan daur ulang. Kalau malam anda ke sini biar bisa melihat sendiri,” katanya menawarkan.

Salah seorang warga, Didik Sunardi (55) mengaku senang dan bangga melihat perubahan kampungnya seperti saat ini.

“Senang mas, bangga karena sekarang banyak dikunjungi. Pak Camat pernah kesini, Bupati Anas pernah kesini, turis-turis juga sambil foto-foto (selfie),” katanya.

Ragil menambahkan, hingga hari ini masih ada spot yang masih dalam tahap pembangunan, seperti joglo, tempat kumpul, dan beberapa tembok warga yang masih polos.

“Yang awalnya menolak, sekarang justru mayoritas warga bersedia untuk kerja bakti, menyumbang, hingga menyuguhkan makanan atau minuman,” paparnya.

Baca juga:
KKP Gelontor Dana Rp22 Miliar Bangun Kampung Nelayan Modern di Banyuwangi

Ragil juga mengaku, bahwa perubahan yang dilakukan merupakan hasil partisipasi dan dukungan seluruh masyarakat.

“Mulai anak-anak kecil di sini, ibu-ibu hingga bapak-bapak semua saling gotong royong. Semua berpartisipasi menjadikan tempat kami “Kampung Miniatur Banyuwangi,” tutupnya.

Reporter: Hafiluddin Ahmad

Editor: Erwin Yohanes