Pixel Codejatimnow.com

Budidaya Rumput Laut di Sumenep Berkembang Pesat, Pemprov Jatim Siap Optimalkan Kualitasnya

Editor : Zaki Zubaidi  
Pekerja pembibitan rumput laut pascapanen di di Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep. (Foto: Zaki Zubaidi/jatimnow.com)
Pekerja pembibitan rumput laut pascapanen di di Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep. (Foto: Zaki Zubaidi/jatimnow.com)

jatimnow.com - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemprov Jatim mengungkapkan terdapat sejumlah titik potensi pembudidayaan rumput laut di Jawa Timur yang kini berkembang pesat. Salah satunya ada di Kabupaten Sumenep yang dikenal memiliki rumput laut terbaik nomor dua nasional setelah Maluku.

Kepala DKP Jatim, Muhammad Isa Anshori mengatakan rumput laut di Sumenep adalah terbaik nomor satu di Jawa Timur dan nomor dua tingkat nasional. Rumput laut sangat diminati tidak hanya di dalam negeri tapi juga pasar luar negeri.

"Sebanyak 52,8 persen total produksi perikanan budidaya di Jatim berasal dari rumput laut. Utamanya ada di Sumenep ini,” ujar Isa Anshor saat menghadiri Eksplorasi Rumput Sumenep di Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Selasa (26/12/2023).

Dibeberkan Isa, luas potensi budidaya rumput laut di Kabupaten Sumenep kurang lebih 243.254 hektare, luas eksisting 59.424 hektare, jumlah petani rumput laut 4.093 orang. Sedangkan produksi budidaya 686.657,08 ton dan Nilai Produksi Budidaya 3.433.285.405 di tahun 2023.

“Rumput laut di Sumenep terbanyak di Kecamatan Sapeken 221.547 ton disusul Kecamatan Saronggi 166.164 ton,” urai Isa Anshori.

Menurut dia, peluang investasi budidaya rumput laut masih bisa ditingkatkan dan memiliki potensi usaha kelautan dan perikanan yang sangat menjanjikan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir, penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan devisa negara.

"Menjawab tantangan budidaya rumput laut di Jatim, rencana aksi kegiatan yakni pembangunan laboratorium rumput laut kultur jaringan, penyediaan kebun bibit rumput laut. Penerapan cara budidaya ikan yang baik, penggunaan bibit unggul dan pengembangan budidaya dalam satu kawasan," katanya.

Disamping itu, lanjut Isa, pemilihan lokasi yang sesuai dengan tata ruang daerah, kebijakan daerah terkait kegiatan di daratan pembenahan tata niaga dan penguatan kelembagaan kelompok. Memberikan akses permodalan melalui Bank Jatim atau Dana Bergulir (Dagulir).

"Peningkatan kualitas rumput laut hasil budidaya (kandungan karagenan, mutu hasil) melalui penerapan dan sertifikasi CBIB. Pengajuan PKK PRL (khusus Pengajuan PKK PRL) secara komunal di Kampung Rumput Laut," beber mantan Kepala Dinas Sumber Daya Air Jatim ini.

“Di Sidoarjo sudah ada pembudidayaan rumput laut dan kemarin baru saja di ekspor ke luar negeri,” imbuhnya.

Baca juga:
Kemarau Panjang, Produksi Garam Capai 311 Ribu Ton

Sementara itu, para nelayan atau petani pembudidaya rumput laut di Desa Tanjung Kecamatan Saronggi berharap ada kestabilan harga dari pemerintah. Selama ini para petani belum melihat ada perhatian dari pemerintah secara komperehensip. Terlebih selama ini nelayan rumput laut menggunakan alat dan cara-cara tradisional, tanpa melalui dukungan pemerintah.

“Dari pemerintah belum ada yang datang ke sini, baru kali ada Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur dan teman-teman Pokja Indrapura,” ujar Rudi, perwakilan pembudidaya rumput laut desa Tanjung Kecamatan Saronggi Sumenep.

Harapannya, masyarakat yang setiap hari hidup dari penghasilan rumput laut ini tidak muluk-muluk.

“Kami hanya ingin ada kebijakan stabilisasi harga rumput laut, sehingga para kami semua sejahtera secara ekonomi dan mampu meningkatkan produktivitas,” terangnya.

Baca juga:
Bupati Sidoarjo Raih Penghargaan Pembina Terbaik Penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik

Senada, Jamilah, salah satu pekerja pembibitan rumput laut pascapanen berharap ada pengolahan pascapanen dari rumput laut. Selama ini tidak ada penyuluhan, peralatan atau pelatihan dari pemerintah, akan dibuat apa rumput laut ini.

"Kita pinginnya cepat dapat uang. Sebenarnya rumput laut ini bisa dijadikan olahan makanan dan minuman, tapi kami tidak punya alat pendukung," ujar Jamilah.

Ia mengaku harga rumput laut tidak pernah stabil. Rata-rata dibeli oleh pengepul yang dihargai Rp15 ribu per kilogram. Kadang-kadang 20ribu per kilogram.

“Pernah 25 ribu per kilogram, tapi Saya kurang tahu juga kenapa sekarang hanya dihargai Rp15 ribu saja," herannya.