jatimnow.com - Saat tiba musim kampanye, masyarakat baru bisa melihat ternyata banyak anak muda yang maju menjadi calon legislatif (Caleg) di Pemilu 2024. Begitu juga yang terjadi di Kabupaten Pasuruan. Baliho Caleg muda banyak bertebaran.
Bagi Gratia Wing Artha, peneliti politik Freedom Foundation Jakarta, ini merupakan fenomena menarik. Terlepas para Caleg muda ini benar-benar serius atau hanya gimmick politi belaka, ternyata ada hal lebih substansif, yaitu residensi politik.
"Kita melihat di Pasuruan, Caleg muda bermunculan bak jamur yang terkena musim hujan. Rata-rata anak tokoh atau pengusaha yang punya wewenang kuat untuk dipilih. Contoh anak anggota institusi tertentu, tokoh agama atau pengusaha," terang Gratia, yang merupakan warga Pandaan, Pasuruan, Selasa (9/1/2024).
"Misal seorang anak haji, bapaknya sudah DPR, anaknya usia 25 dengan berani mencalonkan diri sebagai Caleg tanpa bermodalkan pengalaman politik, bukan sarjana ilmu politik atau ilmu lainnya," imbuhnya.
Bagi Gratia, hal ini adalah bagian dari sebuah keberanian dalam keterwakilan suara pemuda. Ini suatu keberanian yang patut diapresiasi.
Baca juga:
50 Caleg Lolos DPRD Kabupaten Probolinggo, Golkar Raih Kursi Terbanyak
"Kaum politik yakni pemuda politisi ini mewakili sebagai kekuatan anak-anak muda untuk mengisi pos-pos kekuasaan dalam membangun perubahan," jelas Gratia.
Lebih lanjut, satu persatu tanpa disadari permasalahan juga akan ditimbulkan dari dampak tersebut.
"Tapi masalahnya apakah mereka sudah berpengalaman ataukah masyarakat mau memenuhi kotak suara dengan memilih para caleg muda itu. Belum lagi permasalahan dalam hal memahami masalah masyarakat secara aktual, tentu tidak mudah," tutur Gratia.
Baca juga:
50 Calon Anggota DPRD Bojonegoro Terpilih Menunggu Penetapan MK
Baginya, tanpa disadari hal ini akan melahirkan residensi politik. Berdampak pada terbentuknya dinasti politik kecil di Pasuruan. Caleg muda dipilih hanya karena faktor siapa orang di belakangnya, atau siapa orang tuanya.
"Ini kemudian berdampak pada terbentuknya dinasti politik kecil Pasuruan meski hanya sekedar untuk melanjutkan tongkat estafet orang tua untuk mengisi pos-pos politik sehingga melahirkan residen politik, atau politik kerajaan kecil istilahnya yang berdampak pada nepotisme dan oligarki," pungkasnya.