jatimnow.com - Pandemi Covid-19 memaksa dunia pendidikan untuk beradaptasi dengan pembelajaran online.
Selain memiliki mudarat atau efek negatif dalam banyak hal, ternyata musim pandemi yang telah berlalu menyisahkan banyak manfaatnya. Salah satunya adalah mulai terbiasa dengan sistem pembelajaran online.
Sistem pendidikan online sebenarnya bukan hal baru. Di negara-negara maju, sistem pembelajaran online sudah sejak lama diterapkan. Salah satunya di dunia kampus pun telah menerapkan hal serupa.
Banyak penelitian terdahulu tentang pembelajaran online yang dilakukan jauh sebelum masa pandemi.
Salah satu penelitian mengenai penggunaan teknologi untuk pembelajaran adalah yang dilakukan Paul Martin Lester dan Cyntia Marie King dari Universitas California yang berjudul “Analog Vs Digital Instruction and Learning: Teaching Within First and Second Life Environments” di tahun 2009.
Dalam penelitiannya, mereka membandingkan pembelajaran pada mata kuliah komunikasi visual antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran online.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa menikmati pengalaman belajar di kelas virtual atau online. Mereka merasa lebih fleksibel, kreatif dan tidak khawatir akan kurangnya ruang kelas ketika menyelenggarakan kelas berskala besar.
Hal ini jelas membuktikan bahwa pembelajaran daring sudah ada jauh sebelum pandemi. Faktanya, pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran tidak hanya dilakukan di ruang kelas formal. Tetapi juga dalam kursus atau pelatihan.
Di Kota Surabaya, ada kampus yang telah menerapkan sistem pembelajaran blended learning. Kampus itu yakni Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS). Kampus yang beralamat di Jl Nginden Intan Timur I/18 ini tetap eksis meski hampir tiga tahun diterpa pandemi Covid-19.
Sistem blended learning inilah yang menjadi senjata sekolah ilmu komunikasi tertua di Indonesia timur ini.
Stikosa-AWS pun telah melakukan pelbagai inovasi pembelajaran menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
Hal itu guna tercapainya visi menjadi perguruan tinggi ilmu komunikasi yang Unggul, Adaptif dan Inovatif. Merujuk pada Negara-negara maju yang telah menggunakan sistem blended learning, Stikosa-AWS pun berkomitmen melaksanakan tata kelola perguruan tinggi berstandar internasional.
Dengan menerapkan sistem blended learning, mahasiswa bisa belajar secara fleksibel kapan saja dan dari mana saja. Tentunya dengan tidak meninggalkan sistem pembelajaran tradisional atau tatap muka.
Hal itu juga dirasakan Alif Ilham Hakim, Mahasiswa Stikosa-AWS ini. Ia mengaku sangat terbantu dengan adanya blended learning yang diterapkan di kampusnya itu.
Baca juga:
Menatap Industri Hasil Tembakau di Masa Kepemimpinan Presiden Baru
“Blended learning sangat membantu sekali. Kita bisa kuliah dimana pun, bisa sambil kerja, saat sakit pun tidak ketinggalan materi yang diberikan dosen,” ujarnya.
Pria yang juga bekerja sebagai Humas di SD Muhammadiyah 24 Surabaya ini pun bisa mengaplikasikan ilmu yang telah diberikan dosen di tempatnya bekerja.
“Ini (blended learning, red) adalah terobosan pembelajaran yang sangat bagus dan membantu generasi emas di tahun 2045 mendatang,” kata Ilham yang sudah semester II ini.
Disamping itu, menurut Ilham, dari sisi efektivitas juga mempermudah para pengajar tidak mengulang pembelajaran hingga berkali-kali.
“Nah, ini sangat mengurangi keefektivitasan belajar,” jelasnya.
Terpisah, Ketua Stikosa-AWS Dr Jokhanan Kristiyono, M.Med.Kom menyebut ilmu komunikasi tetap dianggap sebagai kunci penting untuk mengatasi kesenjangan budaya dan menjembatani hubungan antarindividu dari berbagai belahan dunia.
Baca juga:
Tarif Impor Pangan, Solusi Perkuat Keuangan Negara
Menurutnya, pendidikan komunikasi masih sangat relevan di era sekarang ini.
“Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi memegang peranan sentral dalam mengatasi kesenjangan budaya dan menghubungkan orang dari berbagai penjuru dunia,” katanya.
Jokhanan menegaskan bahwa kemampuan efektif berkomunikasi melalui platform digitan menjadi keterampilan yang sangat berharga. Pria yang juga penulis buku ‘Konvergensi Media’ ini menekankan bahwa pendidikan komunikasi memberikan pemahaman tentang bagaimana media dan informasi beroperasi.
“Dalam dunia kerja, keterampilan berkomunikasi yang baik sangat dicari oleh perusahaan. Pekerja yang mampu berkomunikasi dengan jelas memotivasi tim, dan berorganisasi membawa nilai tambah yang signifikan,” tegasnya.
Jokhanan mengakui bahwa beberapa elemen komunikasi telah berubah dengan kemajuan teknologi, prinsip dasar komunikasi seperti keterampilan berbicara, menulis dan berinteraksi dengan orang lain. “Tetapi menjadi landasan utama untuk kesuksesan individu, baik secara pribadi maupun profesional dalam berbagai konteks,” jelasnya.
*Penulis: Gegeh Bagus Setiadi (mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya)