Pixel Codejatimnow.com

Mengenal Kelenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung, Usianya Sudah 158 Tahun

Editor : Endang Pergiwati  Reporter : Bramanta Pamungkas
Kelenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung. (Foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)
Kelenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung. (Foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)

jatimnow.com - Keberadaan kelenteng menjadi bukti eksistensi masyarakat Tionghoa di suatu daerah. Tak hanya menjadi tempat peribadatan, kelenteng juga merupakan simbol budaya dan peradaban bagi Tionghoa.

Tak terkecuali Kelenteng Tjoe Tik Kiong, yang terletak di Kelurahan Kampungdalem, Kabupaten Tulungagung. Bangunan suci ini menjadi bukti keberadaan Tionghoa sejak ratusan tahun lalu dan termasuk yang tertua di Jawa Timur.

Hingga saat ini belum ada bukti tertulis yang memuat kapan pertama kali orang Tionghoa berada di Tulungagung. Kelenteng Tjoe Tik Kiong sendiri sudah berada di lokasi yang sama sejak tahun 1866.

Bioma kelenteng, Tjio Jin Jin, menerangkan sebelum di lokasi saat ini, kelenteng berada di daerah seputar Pasar Wage.

"Dibangun di lokasi sini itu tahun 1866. Nah, sebelum itu kelenteng ini pernah berdiri di sekitar Pasar Wage sana," ujarnya, Sabtu (03/02/2024).

Pemindahan lokasi ini bukan tanpa alasan. Pengurus saat itu menilai lokasi kelenteng saat ini lebih strategis dan luas dibanding sebelumnya.

Baca juga:
Video: Persiapan Imlek di Kelenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung

Selain itu, posisi yang langsung menghadap ke sungai juga diyakini mendatangkan hoki bagi mereka. Hal ini dikarenakan dewa utama mereka adalah Dewa Mak Co, yang merupakan dewi pelindung lautan dan pelindung dari etnis Tiongkok di wilayah selatan serta imigran di Asia Tenggara. Sehingga warga Tionghoa meyakini dengan menghadap sungai, Mak Co akan memberikan keselamatan bagi umatnya.

"Untuk detailnya tahun berapa Klenteng di Pasar Wage, saya belum bisa menyebutkannya. Namun yang pasti, klenteng ini dibangun untuk keperluan peribadatan masyarakat Tiongkok yang datang ke Tulungagung," tuturnya.

Perempuan yang juga memiliki nama Rini Setiawati ini bercerita Kelenteng Tjoe Tik Kiong menjadi saksi peristiwa banjir di Tulungagung. Karena sering menjadi lokasi banjir, pengurus kemudian melakukan perbaikan. Mereka menaikkan ketinggian bangunan hingga 2 meter pada tahun 1979.

Baca juga:
Kelenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung Siapkan Toa Kim Jelang Imlek, Apa Itu?

Pada bagian atas gerbang depan terdapat ornament berupa dua ekor ikan berkepala naga saling berhadapan yang mengapit Huo Zhu yang merupakan mutiara bola api milik Sang Buddha.

Selain itu juga terdapat hiasan ikan di tepinya, yang menunjukkan bahwa di tempat kelenteng berdiri dulunya terdapat banyak ikan.

“Semua ornament ini asli dari Tiongkok. Termasuk ornament di dalam, seperti naga hingga burung phoenix serta lukisan dinding menceritakan sejarah Sidartha Gautama, yang merupakan pengembara dan menyebar ajaran agama Budha juga asli dari sana," pungkasnya.