Pixel Codejatimnow.com

Pemprov Beber Penyebab Beras Mahal hingga Langka di Jatim

Editor : Endang Pergiwati  Reporter : Ni'am Kurniawan
Ilustrasi panen padi di sawah (dok.jatimnow.com for jatimnow.com)
Ilustrasi panen padi di sawah (dok.jatimnow.com for jatimnow.com)

jatimnow.com - Perubahan iklim hingga bencana hidrometeorologi, seperti banjir maupun kekeringan, berdampak pada luas lahan pertanian di Jawa Timur (Jatim).

Total seluas 13875,39 hektare (ha) terkena banjir dan kekeringan selama Januari - Maret 2024.

Data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, dari 13875,39 ha yang terkena banjir 7998,19 ha pertanian padi. Akibatnya, 813,25 ha tanaman mengalami rusak alias puso. Sementara 3163 telah surut.

Lahan jagung yang terkena banjir seluas 49,2 ha. Akibatnya, 14,2 ha puso. Saat ini, 25 ha dinyatakan surut. Lebih lanjut, seluas 5 ha cabai terkena banjir. Juga 0,50 ha bawang merah terkena banjir yang berakibat puso.

Sehingga total, 8052,89 ha terkena banjir yang berdampak pada 827,95 ha lahan tanaman pangan dan hortikultura mengalami puso. Sementara, 3188 ha lahan dinyatakan surut.

"Sebenarnya ndak banyak (yang terdampak) total Jatim hanya 824 ha yang puso, jika dibandingkan luas lahan jatim 1,2 juta ha," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Jatim, Dydik Rudy Prasetya, Senin (18/3/2024).

Baca juga:
Smart Farming Petrokimia Gresik Atasi Kendala Lahan Pertanian

Lahan yang kekeringan seluas 5747 ha lahan padi. Dilaporkan tidak ada yang puso. Kemudian 75,5 ha lahan jagung juga kekeringan, sekaligus mengalami puso 11 ha. Secara keseluruhan seluas 5822,5 ha lahan tanaman pangan mengalami kekeringan dan 11 ha puso.

Rudy menyatakan bahwa fenomena banjir maupun kekeringan pada awal 2024 di Jatim ini tidak berdampak serius pada lahan pertanian dan pangan. Kendati begitu, antisipasi terus disiapkan untuk mencegah luasan lahan terdampak.

"InsyaAllah sampai saat ini tidak terganggu. Saat ini yang mengalami banjir adalah daerah yg memang sudah langganan banjir, sehingga kita sudah perhitungkan kemungkinan tersebut, dan petani juga sudah paham risiko banjir tersebut," terang Rudy.

Baca juga:
DPRD Ponorogo Bentuk Pansus Bahas Raperda LP2B

Terkait upaya yang dilakukan, Rudy menyebut bahwa pihaknya melakukan sosialisasi kepada petani agar mengikuti Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Serta mengusulkan bantuan benih kepada pusat agar petani dapat segera melakukan tanam kembali.

"Dan kepada petani yang lahannya menjadi langganan banjir, kita sarankan untuk berganti komoditas," pungkas dia.