jatimnow.com - Masyarakat Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Lamongan menggelar tradisi kupatan di Gunung Menjuluk. Hal ini menjadi agenda tahunan mesyarakat tiap lebaran ketupat.
Warga berbondong-bondong membawa ketupat dan lepet untuk dibawa ke lereng Gunung Menjuluk yang berada di selewan Desa Sedayulawas. Setelah itu ketupat dimakan bersama.
Tradisi ini menjadi makin semarak dengan hadirnya inovasi lain yakni agrowisata petik buah melon hidroponik yang resmi dibuka tahun ini.
Meski berada di dataran rendah dan kontur tanah yang relatif asin, tumbuh kembang melon hidoponik ini hidup subur dan membuahkan hasil yang berkualitas.
Kepala Desa Sedayulawas, Heni Firawati mengungkapkan bila tahun ini tradisi kupatan menjuluk juga menghadirkan wisata petik buah melon.
"Pada panen perdana ini di lahan seluas 21x40 meter terdapat 600 pohon dimana 70 persen tanaman mampu menghasilkan buah melon berkualitas baik," kata Heni, Rabu (17/4/2024).
Baca juga:
Warga Kota Malang Lestarikan Tradisi dan Budaya pada Kartini Riyoyo Kupatan
Untuk harganya, melon sweet net dihargai Rp 25 ribu perkilonya, sementara untuk melon golden dihargai Rp 20 ribu perkilo.
Dijelaskan Heni, bila budidaya melom hidroponik ini dikelola langsung oleh pemerintah desa dengan melibatkan pemuda lulusan sarjana pertanian.
"Kita libatkan pemuda, pengelolanya langsung sarjana lulusan pertanian. Potensi-potensi dan sumber daya desa kita berdayakan," tuturnya.
Baca juga:
Video: Ratusan warga meriahkan Tradisi Kupatan Massal di Durenan Trenggalek
Sementara itu, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi berkomitmen untuk melakukan pembinaan kearah agriwisata terintegrasi.
"Tentu potensi petik melon menjuluk ini akan kita dampingi dan kembangkan dengan konsep wisata terintegrasi," ucap Pak Yes.