Pixel Codejatimnow.com

Perjuangan Penjual Sayur Pasuruan Naik Haji, Jual Sawah untuk Lunasi Dana Talangan

Editor : Yanuar D  Reporter : Ahaddiini HM
Mar'ati dan Muhammad Arif warga Pasuruan calon jemaah haji kloter 1. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com)
Mar'ati dan Muhammad Arif warga Pasuruan calon jemaah haji kloter 1. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com)

jatimnow.com - Berbagai kisah inspiratif penuh perjuangan dilalui para calon jemaah haji (CJH) di tahun 2024. Seperti halnya warga Desa Durensewu RT 02 RW 04 Kelurahan Durensewu, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.

Mar'ati (54), seorang ibu rumah tangga pemilik usaha toko sayur ini terpaksa menjual sawah untuk melunasi dana talangan yang harus tuntas dalam waktu satu tahun. Nanti dia akan berangkat dengan sang putra, Muhammad Arif (38).

"Dulu saya ikut pendaftaran tahun 2011 akhir, sama suami saya masih ada saat itu, sekarang karena suami sudah meninggal dapat 5 tahun, jadi berangkat dengan anak pertama sebagai penggantinya," ucapnya kepada jatimnow.com, Jumat (10/5/2024).

Mar'ati melanjutkan bukan hal yang mudah sampai akhirnya ia dan sang anak dapat menunaikan ibadah Haji di kloter pertama Pasuruan tanggal 18 Mei 2024 ini.

Ia menyampaikan, awal mula mulai menabung,  hingga harus melunasi dana talangan dalam kurun waktu 1 tahun. 

"Saya waktu itu punya uang Rp12 juta. Petugas bilang kalau tidak bisa melunasi dalam 1 tahun kena hujrah Rp5 juta orang 2, saya bingung, akhirnya saya jual sawah di tahun 2011. Dulu per orang harus melunasi Rp25,5 juta, jadi orang dua kena Rp51 juta Sedangkan saat itu saya tidak bisa melunasi karena masih jual tanah, akhirnya kena hujrah jadi Rp27 juta per orang, 2 orang jadi bayar Rp54 juta," terangnya.

Tidak berhenti disitu, segala upaya perjuangan dilakukan oleh Mar'ati agar dapat berangkat haji.

"Rp54 juta alhamdulillah lunas di tahun 2012, terus saya dapat jadwal keberangkatan di tahun 2020. Ternyata kebetulan saat itu musim korona, saya pasrah, akhirnya dapat jadwal di tahun 2024 ini namun pembayarannya naik menjadi Rp34 juta per orang, jadi 2 orang Rp68 juta, kita tinggal tambahkan dari pembayaran yang sebelumnya Rp54 juta tanpa ada biaya lainnya hanya penggantian data saja karena suami digantikan anak saya untuk ibadah haji 1 bulan 10 hari Haji reguler nantinya. Banyak calon jema'ah yang mundur karena pelunasan banyak, dari paspor, suntik dan lainnya," imbuhnya.

Kini di sela keberangkatannya Mar'ati dan Arif mengaku terus berupaya mengumpulkan uang, karena dirasa kebutuhan jelang keberangkatan haji yang membutuhkan banyak biaya.

Baca juga:
Penanda Unik Koper Jamaah Haji Ponorogo, Cangkir Hingga Mainan Bebek

"Sekarang persiapannya tetap menabung, fokus mengumpulkan uang karena kita hidup di desa dan pasti ada tambahan lebih dari itu untuk bekal keberangkatan," terangnya.

"Sehari-hari buka toko jualan sayur, jam 03.00 WIB pagi ke pasar, 04.30 WIB pulang dari pasar, kemudian buka toko seharian dirumah," tuturnya.

Lebih lanjut Mar'ati menyampaikan kisaran biaya yang telah dikeluarkan sebelum keberangkatan ibadah Haji.

"Sebelum keberangkatan pengeluaan terbanyak untuk para tamu yang berkunjung, ini sudah sekitar Rp20 juta sebelum berangkat belum lain-lainnya," pungkas Mar'ati.

Sementara itu sang putra, Arif turut menegaskan bahwa hal itu dilakukan karena tradisi dan budaya penduduk sekitar.

Baca juga:
Jamaah Haji Termuda asal Lamongan Ungkap Keajaiban Tirakat Orang Tua

"Karena kita tinggal di desa, silaturahmi harus diperkuat,  tabungan untuk modal juga dalam rangka tradisi juga harus diperbanyak karena disini desa, tetangga sudah seperti saudara semua. Jadi harus dikasih pelayanan terbaik juga," tuturnya.

Menurut Arif biaya ekstra yang dibutuhkan tidak hanya sebelum keberangkata saja, namun juga nanti setelah tiba dari Tanah Suci.

"Tidak hanya sebelum berangkat, namun juga setelah pulang hajian juga masih persiapan lagi seperti punya gawe, insyallah bismillah ada saja rejekinya," ungkapnya.

Baik Mar'ati maupun Arif berharap dapat menjalankan ibadah Haji dengan lancar dan menjadi Haji yang mabrur nantinya.