Pixel Codejatimnow.com

Jadi Presiden, Risma Ajak Anggota UCLG Aspac Tanam Pohon di Surabaya

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Arry Saputra
Wali Kota Risma bersama anggota UCLG Aspac saat di Taman Harmoni Keputih Surabaya, Sabtu (15/9/2018).
Wali Kota Risma bersama anggota UCLG Aspac saat di Taman Harmoni Keputih Surabaya, Sabtu (15/9/2018).

jatimnow.com - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini baru saja diresmikan menjadi Presiden UCLG Aspac periode 2018-2020. Di hari pertama jabatannya sebagai presiden, Risma mengajak para anggota UCLG melakukan penanaman pohon bersama di eks insenerator Taman Harmoni Keputih, Surabaya, Sabtu (15/9/2018).

Sebanyak 100 batang pohon yang terdiri dari lima jenis tanaman ditanam oleh Wali Kota Risma bersama para anggota UCLG Aspac.

Lima jenis tanaman itu adalah yakni 25 pohon Bisbul, 25 Kepel, 25 Nagasari, 13 Zaitun, dan 12 Namnam ditanam sebagai simbol semangat untuk saling menghargai, mendukung dan membantu satu sama lain.

Wali Kota Risma mengungkapkan Taman Harmoni ini memiliki luas sekitar 60 hektar. Lokasinya terbagi menjadi dua sisi, yakni barat dan timur. Masing-masing sisi, memiliki luas sekitar 30 hektar.

Di kawasan ini, dulunya juga terdapat tempat permukiman yang kumuh. Kendati demikian, ia kemudian berinisiatif untuk menjadikan kawasan ini taman dan membangun rumah susun untuk relokasi rumah-rumah warga tersebut.

"Tadi malam Bapak Ibu menyusuri sungai, sepanjang itu dulunya juga rumah-rumah kumuh. Namun kami pindahkan ke rusun sini,” ujarnya.

Di sekitar Taman Harmoni, juga terdapat sebuah eks insenerator. Namun, sejak eks TPA sampah Keputih itu ditutup, alat tersebut sudah tidak lagi difungsikan.

Oleh karena itu, kemudian dia merelokasi ke TPA sampah yang baru. Menurutnya, di TPA yang baru itu, pemkot dapat menghasilkan 11 megawatt (MW) listrik. Bahkan, ia juga memastikan akan mengubah bekas eks insenerator itu menjadi co-working space.

“Ke depannya bekas eks insenerator itu sesuai dengan perencanaan bersama, akan kita jadikan sebagai co-working space,” jelasnya.

Karena, menurutnya pada tahun 2040 nanti, dunia akan mengalami bonus demografi. Karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah menyiapkan berbagai program untuk menghadapi hal tersebut. Salah satunya yakni membangun co-working space, tempat berkumpulnya anak-anak muda kreatif di Surabaya.

"Tujuannya agar anak-anak muda bisa memulai usahanya sendiri di co-working space tersebut,” terangnya.

Usai melakukan penanaman pohon, beberapa delegasi UCLG, empat diantaranya dari Bangladesh, India, Korea Selatan dan Filipina melanjutkan perjalanan ke beberapa tempat wisata di Kota Surabaya.

Baca juga:
Alasan di Balik Wali Kota Risma ke Korea Utara

Mereka menikmati beberapa paket wisata yang sudah disediakan Pemkot Surabaya. Seperti Taman Bungkul, Kampung Margorejo Kampung Ketandan dan Taman Prestasi.

Menggunakan moda transportasi bus, para delegasi terlebih dahulu mendatangi taman bungkul. Di sana, mereka langsung menyapa pengunjung dan berfoto ria bersama. Delegasi asal Filipina Irvan menilai taman bungkul sangat asri dan sejuk.

"Sangat indah. Ini cocok pas mengajak orang-orang tercinta," ungkapnya.

15 menit di taman bungkul, delegasi melanjutkan perjalanan ke Kampung Margorejo. Setibanya di sana, delegasi disambut warga dengan iringan musik patrol dari karang taruna setempat. Tampak para delegasi ikut berjoget bersama warga dan sangat suasana sangat cair.

"Saya terpikat dengan kehjiauan Kampung Margorejo. Sebuah kerja yang hebat dari warga sekitar. Sangat terinspirasi," ujar delegasi asal Bangladesh, Uddin Muhammad Muslem.

Selanjutnya, delegasi beranjak ke kampung ketandan. Delegasi asal India Dr. Pal Tapas mengaku senang dan kagum dengan suasana kampung Ketandan Surabaya.

Baca juga:
Wali Kota Risma Kunjungi Korea Utara

Baginya, masyarakat ketandan ramah dan sangat welcome. Menyusuri gang demi gang, para delegasi langsung menuju balai budaya cak markeso ketandan.

Sembari berfoto, mereka langsung masuk ke dalam pendopo lalu duduk melingkar mendengar penjelasan dari ketua karang taruna kampung ketandan Yusron.

"Sangat tradisional dan harus dipertahankan. Suatu hal yang berbeda dari yang lain. Itu harus dijaga dan dipertahankan," tegas Tapas yang juga seorang dosen di salah satu universitas, India.