jatimnow.com - Pasar kripto mencatat kenaikan signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Persetujuan ETF Ethereum spot AS oleh US Securities and Exchange Commission (SEC) membuat Bitcoin bersama dengan sebagian besar altcoin menguat minggu lalu di tengah meningkatnya optimisme.
Di awal pekan terakhir Mei ini, harga Bitcoin sempat mendapatkan kembali level US$70.000 atau sekitar Rp1,12 miliar karena kabar Bursa Eropa menguat yang dipicu ekspektasi pemangkasan suku bunga European Central Bank (ECB).
Namun, kenaikan tersebut tidak berlangsung lama, dan BTC kembali ditekan oleh tren penurunan sehingga kembali diperdagangkan di bawah level US$70.000 atau sekitar Rp1,1 miliar.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menjelaskan Bitcoin harus bertahan di atas level support utama di US$66.000 atau sekitar Rp1,06 miliar untuk menjaga momentum bullish. Namun hambatan seperti data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) AS dan banyaknya pidato publik pejabat The Fed dapat menghilangkan sentimen positif dari pasar pada akhir Mei ini.
"Pekan ini, semua perhatian masih tertuju pada serangkaian pidato pejabat The Fed, yang diantisipasi untuk mendapatkan wawasan mengenai kebijakan suku bunga AS di masa depan. Sementara itu, para pelaku pasar sangat menantikan sinyal di tengah indikasi menurunnya inflasi AS," kata Fyqieh, Kamis (30/5/2024).
Potensi Musim Altcoin
Menurut Fyqieh saat ini fokus investor dan trader mulai berspekulasi tentang potensi permulaan Altseason atau musim altcoin, yang dipicu oleh lonjakan total kapitalisasi pasar altcoin baru-baru ini. Ethereum (ETH) menjadi memimpin kenaikan altcoin bersama memecoin.
ETH telah mengalami peningkatan signifikan, dengan harganya berada di sekitar US$3.991 (Rp64,2 juta) atau sebesar 27% selama seminggu terakhir.
Baca juga:
Trump Kembali jadi Presiden AS, Harga Bitcoin Melonjak ke Rekor Baru
Menurut data TradingView, total kapitalisasi pasar altcoin saat ini mencapai sekitar US$1,16 triliun, menandai peningkatan 15% selama dua minggu terakhir. Lonjakan ini mendekati level resistensi yang terlihat pada pertengahan Maret ketika kapitalisasi pasar mencapai US$1,2 triliun.
"Saat ini, kita bisa mengindikasikan bahwa kita berada dalam periode Altseason, mengingat kenaikan signifikan yang dialami oleh beberapa altcoin dibandingkan dengan Bitcoin. Dominasi kapitalisasi pasar Bitcoin telah melemah sebesar 3,8%, yang menandakan bahwa altcoin telah mengalami performa lebih baik daripada Bitcoin. Ketika altcoin secara konsisten mengungguli Bitcoin, ini adalah tanda umum dari Altseason," jelas Fyqieh.
Fyqieh menjelaskan Altseason mungkin menjalani fase konsolidasi sebelum mendapatkan momentum penuh. Setelah ETF Ethereum, beberapa altcoin lain akan mencoba peruntungannya, termasuk XRP, Litecoin (LTC), Solana (SOL), Pepe, Floki, Notcoin dan masih banyak lagi. Pasar nampaknya bullish dalam menerima ETF dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Pemicu utama Altseason biasanya melibatkan beberapa faktor, seperti peningkatan adopsi dan penggunaan aplikasi berbasis blockchain yang mendorong permintaan untuk altcoin tertentu. Contohnya, persetujuan ETF Ethereum spot di AS baru-baru ini merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat perkembangan ekosistem blockchain Ethereum, sehingga mendorong permintaan dan harga altcoin di ekosistem Ethereum," ujar Fyqieh.
Baca juga:
Ketika Kripto Terdampak Penutupan Judi Online di Indonesia
Persetujuan ETF Ethereum dipandang sebagai katalis untuk potensi musim altcoin. Namun, karena proses pencatatan, dampak penuhnya mungkin tidak dapat dirasakan secara langsung dan mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan untuk terwuju
Dampak Altseason bagi industri kripto sangat signifikan.
Dari sisi nilai transaksi, peningkatan aktivitas perdagangan altcoin dapat meningkatkan likuiditas pasar dan menarik lebih banyak investor baru.
"Selain itu, Altseason sering kali mendorong inovasi teknologi, karena banyak proyek altcoin yang mengembangkan teknologi baru dan solusi inovatif untuk memanfaatkan momentum ini. Akibatnya, kita bisa melihat lebih banyak pengembangan proyek dan peningkatan adopsi teknologi blockchain yang lebih canggih," terang Fyqieh.