Pixel Code jatimnow.com

Petani Padi di Bojonegoro Rugi Puluhan Juta, Kini Beralih Tanam Tembaku

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Misbahul Munir
Kekeringan Petani di Kecamatan Kepohbaru beralih tanam dari padi ke tembakau.(Foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)
Kekeringan Petani di Kecamatan Kepohbaru beralih tanam dari padi ke tembakau.(Foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)

jatimnow.com - Petani di Kabupaten Bojonegoro harus gigit jari lantaran tanaman padi miliknya mengalami gagal panen akibat sebulan terakhir tidak turun hujan. Padi di musim tanam kedua ini tidak bisa tumbuh bahkan mati karena kekurangan air atau kekeringan.

Kondisi itu membuat para petani menjadi merugi puluhan juta. Saat ini lahan pertanian yang semula ditanami padi kini diganti dengan ditanami tembakau.

Nestapa itu seperti diungkapkan oleh Nasiruddin (27) Petani asal Desa Butoh Kecamatan Sumberejo. Dia mengaku hanya biasa prihatin melihat kondisi tanaman padi di wilayahnya yang layu bahkan mati akibat kekeringan.

"Musim tanam padi ke dua tahun ini gagal total mas. Biasanya bulan ini masih ada hujan. Tapi, satu bulan ini tidak ada hujan. Semuanya (tanaman padi) gak bisa tumbuh bahkan layu dan mati karena kekeringan," sambat Nasiruddin, Jumat (31/5/2024).

Akibat kondisi itu, Nasiruddin menaksir merugi hingga Rp10 juta, lantaran sudah mengeluarkan modal untuk tanam, pupuk dan obat pertanian.

"Dihitung-hitung Rp10 jutaan ruginya. Soalnya sudah keluar pupuk, obat pertanian, belum lagi upah pekerja," sambungnya.

Saat ini karena tanaman padi miliknya mati, Dia bersama petani yang lain beralih dengan menanam tembakau. Otomatis hal itu membuatnya harus merogoh kocek untuk modal bibit dan pupuk.

"Sudah tidak bisa selamatkan lagi (tanaman padi), sudah dua minggu yang lalu mulai tanam tembakau. karena memang sawah di sini adalah lahan tadah hujan jadi kalau nggak hujan ya nggak ada air," tutupnya.

Baca juga:
Ini Cara Anggota DPRD Agus Wicaksono Dorong Produktivitas Petani Lumajang

Hal serupa juga disampaikan oleh Wibowo petani asal Boureno. Ia menyebut sejumlah lahan pertanian tadah hujan yang ada di wilayah Kecamatan Kepohbaru, Kedungadem, Sumberejo, Kanor dan Boureno mengalami gagal panen akibat kekeringan.

"Karena di biasanya di bulan Mei sampai juni ini masih ada hujan, tahun lalu masih bisa sampai panen. Tahun ini mungkin daerah yang dekat dengan saluran air atau wilayah dekat bengawan solo yang panen, daerah sini ke selatan (Kec Kepohbaru dan Kedungadem) bisa jadi ganti tanam tembakau," bebernya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro Laela Noer Aeny, mengatakan saat ini pihaknya sudah mulai bersiap dengan melakukan pemetaan.

“Saat ini kami sudah melakukan pemetaan atau pedataan desa-desa yang rawan kekeringan,” kata Aeny.

Baca juga:
Hari Krida Pertanian 2024, Pemkab Jember Luncurkan J-Sultan

Hasil pemetaan sementara ini, kata Aeny sapaannya, ada 69 desa yang tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro diprediksi bakal mengalami bencana kekeringan atau krisis air.

“Kami bersiap untuk mendropping air bersih ke desa-desa yang kekeringan. Nantinya bila ada permintaan dari pemerintah desa bersangkutan dan ditindaklanjuti dengan assement terhadap permintaan tersebut," tambahnya.

Terpisah, Kepala BMKG Stasiun Meterologi Tuban Zem Irianto Padma menyatakan bahwa Kabupaten Bojonegoro telah memasuki musim kemarau pada Mei 2024 ini.

"Musim kemarau ini di prediksi akan berlangsung hingga September 2024 mendatang. Untuk puncaknya, akan terjadi pada Agustus 2024 besok," pungkasnya.