Pixel Code jatimnow.com

Film Yang Tak Pernah Hilang Diputar di Epicentrum 2 Jakarta

Editor : Zaki Zubaidi  
Jumpa pers di sekretariat KontraS, di Jakarta pada Jumat 21 Juni 2024. (Foto: IKOHI for jatimnow.com)
Jumpa pers di sekretariat KontraS, di Jakarta pada Jumat 21 Juni 2024. (Foto: IKOHI for jatimnow.com)

jatimnow.com - Film dokumenter Yang Tak Pernah hilang diputar oleh IKOHI (Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia) dan Kawan Herman Bimo di bioskop Epicentrum 2, Jakarta, Sabtu (22/6/2024).

Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro mengatakan film muncul sebagai bentuk memorialisasi dan perjuangan melawan lupa. Memorialisasi adalah sebuah upaya merawat ingatan publik dalam bentuk fisik dan lainnya atas peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) masa lalu dan sebagai bentuk penghormatan atas martabat korban.

Memorialisasi dapat berupa pendirian monumen, pendirian museum, penetapan hari besar peringatan peristiwa pelanggaran HAM, buku, monumen, film dan berbagai ekspresi kebudayaan lainya.

Memorialisasi juga merupakan sebagian pemenuhan hak korban atas pemulihan, membangun ruang ingatan kolektif untuk mengenang pelbagai peristiwa kelam pelanggaran HAM dan menjadi pembelajaran penting agar peristiwa serupa tidak berulang di masa depan.

"Bertujuan untuk memberikan ruang bagi korban untuk menjelaskan masa lalu serta mengajak masyarakat untuk mengenang pengalaman masa lalu sebagai upaya untuk mencegah keberulangan," ujar Atnike dalam siaran pers, Sabtu (22/6/2024).

Produser yang juga Ketua IKOHI Jawa Timur, Dandik Katjasungkana, mengatakan pembuatan film ini merupakan bagian dari upaya untuk mendesak pemerintah serta elite politik agar menyelesaikan kasus ini dan sebagai perjuangan melawan lupa.

“Film ini sebagai upaya menghidupkan kembali ingatan tentang kawan yang hilang dan tidak adanya upaya untuk mengungkap keberadaan mereka hingga kini,” ujarnya.

Baca juga:
Novel Tak Kenal Maka Taaruf Bakal Diangkat ke Layar Lebar, Ini Kata Penulisnya

Film Yang Tak Pernah Hilang telah diluncurkan pertama kali di Surabaya pada Maret 2024. Utomo Rahardjo, ayah dari Bimo Petrus, menyambut penuh haru kehadiran film ini.

“Seperti energi baru untuk berjuang bagi anak saya yang masih hilang. Upaya mengingat Bimo dan Herman melalui film ini menjadi kekuatan tersendiri bagi saya,” ujarnya.

Keluarga Herman Hendrawan di Pangkal Pinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menyebut film ini membuat sosok Herman seolah selalu hidup.

Baca juga:
The Architecture of Love, Putri Marino jadi Kekasih Nicholas Saputra

Hera Haslinda, kakak Herman menyatakan, film ini menegaskan bahwa Herman tidak pernah hilang dari ingatan dan hati semua orang terdekatnya.

"Meski secara fisik Herman tidak berada di antara kami,“ ujarnya.