Pixel Code jatimnow.com

Anggota DPRD Jatim Ini Minta Kurikulum Merdeka Dievaluasi

Editor : Zaki Zubaidi  
Imam Makruf. (Foto: dok. jatimnow.com)
Imam Makruf. (Foto: dok. jatimnow.com)

jatimnow.com - Kurikulum Merdeka membuat guru saat ini tak hanya fokus untuk mengajar. Namun para pahlawan tanpa tanda jasa ini harus disibukkan dengan urusan administrasi yang menyita banyak waktu.

"Imbasnya itu waktu untuk berkomunikasi guru dengan siswa akan berkurang," kata anggota Komisi E DPRD Jatim Imam Makruf saat dikonfirmasi, Jumat (12/7/2024).

Sebab itu, Imam Makruf memminta agar penerapan Kurikulum Merdeka dikaji ulang oleh pemerintah pusat. Peninjauan kembali ini dilakukan untuk memastikan bahwa Kurikulum Merdeka berjalan dengan efektif dan mencapai tujuannya dan maksimal dalam penerapan proses belajar mengajar.

“Kalau saya minta agar dikaji ulang, dievaluasi tentang Kurikulum Merdeka itu, ada plus dan minusnya,” tandas Imam Makruf.

Anggota DPRD Jatim dari Dapil Nganjuk-Madiun itu mengatakan, Kurikulum Merdeka mengharuskan guru untuk melakukan banyak kegiatan administratif, seperti menyusun modul pembelajaran, melakukan asesmen, hingga membuat laporan.

Hal ini dikhawatirkan akan menyita waktu guru yang seharusnya digunakan untuk mengajar dan berinteraksi dengan siswa.

Baca juga:
Program Makan Bergizi Diharapkan Bisa Serap Sayuran Lokal Mojokerto

“Guru disibukkan terus untuk laporan-laporan sehingga tatap muka guru dan murid kurang,” tambahnya.

Wakil Ketua DPD Gerindra Jatim itu juga meminta agar proses belajar mengajar di sekolah banyak menerapkan pola konvensional dan mengurangi penggunaan gawai.

Dia menilai, banyaknya penggunaan gawai justru akan berdampak negatif dan tidak efektif, sehingga harus ada kajian mendalam agar Kurikulum Merdeka bisa lebih optimal dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Baca juga:
DPRD Jatim Resmi Sahkan APBD Jatim 2025, Belanja Daerah Rp29,6 Triliun

Imam Makrif merasa khawatir, jika hal tersebut dibiarkan, maka kualitas pembelajaran akan semakin menurun karena guru yang sibuk mungkin tidak memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan pembelajaran dengan baik.

“Lha wong ditunggui saja belum tentu (siswa) mengerjakan. Apalagi (siswa) ditinggal. Itu yang perlu diperbaiki dan memperbanyak pembelajaran sistem konvensional,” pungkasnya.