Pixel Code jatimnow.com

Melihat Budi Daya Cacing Tanah di Desa Sawotratap Sidoarjo, Omzet Puluhan Juta

Editor : Yanuar D   Reporter : Ahaddiini HM
Rudy Dwi Winarko warga Desa Sawotratap, Sidoarjo dan budidaya cacing tanahnya. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com)
Rudy Dwi Winarko warga Desa Sawotratap, Sidoarjo dan budidaya cacing tanahnya. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com)

jatimnow.com - Seorang warga Desa Sawotratap, Gedangan Sidoarjo sukses berbudidaya cacing tanah. Usaha dari binatang yang sering dianggap menjijikkan ini, ia menghasilkan omzet mencapai Rp50 juta perbulan.

Adalah Rudy Dwi Winarko, yang menekuni budi daya cacing tanah tersebut sejak tahun 2013. Inspirasinya dari banyaknya limbah rumah tangga yang sangat mencemari lingkungan.

"Setelah membaca beberapa sumber, ternyata cacing juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, terutama di dunia farmasi. Dari situ akhirnya saya membudidayakan cacing tanah," ucapnya kepada jatimnow.com, Jumat (2/8/2024).

Menurut Rudy, cacing tanah memiliki banyak manfaat. Selain baik bagi kesehatan, hewan nokturnal ini juga mengandung tinggi protein yaitu sebanyak 76 persen dan kandungan asam amino sekitar 17 persen, yang dapat membantu pembentukan sel, otot dan sistem kekebalan tubuh.

Untuk membudidayakannya menurut Rudy juga sangat mudah dan efisien. Tidak membutuhkan waktu dan modal besar. Sehingga ia menyulap halaman belakang rumahnya menjadi tempat budidaya cacing tanah.

"Cukup kita sediakan media (tanah) untuk cacing kemudian perawatan harian melakukan proses penggemburan tanah, ngasih makan, dan pembasahan bisa dilakukan selama 2 hari sekali. Kasih makan ampas tahu, ampas jagung, atau sampah organik rumah tangga," imbuh Rudy.

Ia melanjutkan, cacing tanah saat ini dicari banyak orang baik untuk kebutuhan medis, kosmetik, obat-obatan, bahan pupuk, maupun pakan ternak.

Dari keterangan Rudy, ada tiga jenis cacing tanah yang dibudidayakannya. Yakni jenis ANC, Tiger, dan Lumbricus. Dari ketiga jenis tersebut, Lumbricus adalah yang paling banyak diminati, terutama untuk kebutuhan medis, kosmetik, dan obat-obatan. Sedangkan dua jenis lainnya, seringkali digunakan sebagai bahan pupuk dan pakan ternak.

"Karena jenis Lumbricus ukurannya lebih besar dibanding lainnya. Jadi otomatis kandungan protein dan asam aminonya lebih tinggi," jelasnya.

Baca juga:
Didemo Ratusan Massa, Ketua KPU Sidoarjo Bantah Tuduhan Konsumsi Miras

Menurutnya, cacing tanah sebagai hewan pengurai mampu menjadi solusi permasalahan tersebut. 

Dari pemaparannya, untuk memenuhi nutrisi, makanan cacing tanah harus mengandung tiga zat, yaitu protein, karbohidrat, dan glukosa. 

Meski demikian, Rudy tidak menyarankan untuk memberi makan cacing dengan sampah organik yang berbau amis seperti jeroan ikan atau lainnya.

“Karena itu akan mengundang hama tikus, jadi nanti cacingnya juga ikut dimakan sama tikusnya," tegasnya.

Dari usaha budi daya cacing tanah ini, Rudy yang juga mantan karyawan PT Maspion ini mampu bekerja sama dengan lebih dari 300 peternak binaan yang tersebar di pulau Jawa, Bali, dan NTT. 

Baca juga:
Gelar Demonstrasi di Sidoarjo, Partai Buruh Tuntut Ketua KPU Mundur

Harga end user terendah cacing tanah jenis Anc mencapai Rp60 ribu perkilogram, jenis Tiger Rp80 ribu perkilogram, sedangkan jenis Lumbricus Rp110 ribu perkilo dengan omzet yang fantastis.

"Alhamdulillah dari bisnis tersebut mendapat omset sebanyak Rp50 juta perbulan," ungkap Rudy.

Sementara target penjualan cacing segar hasil budidaya Rudy dalam sebulan sebanyak 5 ton, namun ia masih mampu memenuhi 50 persen. Sedangkan cacing kering targetnya 1 ton per bulan namun masih tercapai 50 persen. 

"Penjualan kami ada mitra farmasi lokal dimana kami menyuplai bahan baku mereka. Untuk pasar ekspor kami masih belum kesana karena pasar lokal saja kami masih kekurangan bahan," pungkas Rudy.