jatimnow.com - Ibu rumah tangga (IRT) asal Ponorogo, Istianaturrosyidah, berhasil mengembangkan usaha kecil menengah (UMKM) Patchwork. Kini usahanya telah merambah pasar internasional.
Warga Jalan Raya Ponorogo-Jetis ini memanfaatkan kain perca untuk menciptakan berbagai produk kerajinan tangan yang tidak hanya diminati di dalam negeri, tetapi juga hingga ke Amerika Serikat dan Malaysia.
Patchwork adalah seni kerajinan yang menggabungkan potongan kain perca dengan motif dan warna berbeda menjadi bentuk baru yang unik.pon
Di rumahnya, Istianaturrosyidah memproduksi berbagai macam produk Patchwork seperti pouch (tas kecil), tas besar, tempat kacamata, dompet, dan banyak lagi.
"Dalam sehari, saya bisa membuat hingga 10 pouch jika desainnya seragam. Namun, jika menggunakan berbagai macam kain, hanya bisa menghasilkan 2 pouch sehari," ungkap Istianaturrosyidah, yang akrab disapa Ana, Selasa (13/8/2024).
Ana memulai usahanya ini dua tahun lalu. Ia sebenarnya lulusan keperawatan dari salah satu universitas negeri di Jawa Timur. Dia belajar kerajinan Patchwork secara otodidak, berbekal pengalaman dari ayahnya yang bekerja sebagai penjahit.
"Saya belajar membuat Patchwork dari YouTube setelah pandemi COVID-19 saat saya membuat masker homemade," kata Ana.
Baca juga:
Mengenal Alfredo Nararya, Pemain Persebaya U-16 yang Jago Sains
"Awalnya, saya mengalami banyak kegagalan, bahkan hampir menyerah. Namun, saya terus mencoba hingga akhirnya berhasil,” tambahnya
Bahan dasar Patchwork yang digunakan oleh Ana adalah kain perca yang dibelinya dari perusahaan garmen dengan harga kiloan. Dalam satu bulan, Ana dapat menjual hingga 30 produk dengan omset sekitar Rp5 juta.
Produk termahalnya adalah tas besar yang dijual dengan harga Rp500 ribu hingga Rp700 ribu, tergantung ukuran dan tingkat kerumitan.
Baca juga:
Sosok Wamensesneg Bambang Eko di Mata Tetangga Jember, Pintar Sejak SD
Selain memasarkan produk-produknya melalui media sosial, Ana juga berhasil menarik perhatian pelanggan dari luar negeri.
"Pesanan dari Amerika Serikat dan Malaysia, bukan dari warga Indonesia, tetapi dari warga asli di sana," tambahnya.
Dengan keberhasilannya ini, Ana berharap dapat terus berkarya dan mengembangkan usahanya lebih jauh lagi. "Doakan saja agar usaha ini bisa bertahan dan terus berkembang," pungkasnya.