Pixel Code jatimnow.com

FISIP UB Wajibkan Mahasiswa Baru Berpakaian Sopan, Cegah Kekerasan Seksual

Editor : Endang Pergiwati   Reporter : Gerhana
Kegiatan PKKMB FISIP UB.  (Foto: Gerhana/jatimnow.com)
Kegiatan PKKMB FISIP UB. (Foto: Gerhana/jatimnow.com)

jatimnow.com - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) mensosialisasikan kedisiplinan penggunaan pakaian sopan ketika berada di kampus kepada seluruh mahasiswa barunya. Hal ini sebagai salah satu upaya pencegahan terjadinya kekerasan seksual di dalam kampus.

Tak jarang, fenomena mahasiswi menggunakan pakaian kurang beretika atau tidak sesuai dengan budaya timur masih saja terjadi. Kondisi tersebut dinilai dapat mengundang tindakan asusila atau pelecehan hingga kekerasan seksual.

Kewajiban berpakaian sopan ini tak hanya untuk mahasiswa wanita, namun juga mahasiswa pria yang menyebabkan penilaian tak beretika. Sosialisasi kebijakan itu disampaikan kepada mahasiswa baru saat mengikuti kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) 2024 di FISIP UB.

Dekan FISIP UB, Anang Sujoko mengatakan, pihak kampus di lingkungan universitas mendapat instruksi dari Kemendikbudristek Dikti untuk mensosialisasikan pencegahan kekerasan seksual.

Dikatakannya, rata-rata mahasiswa baru dari luar Malang saat ini memiliki kondisi ekonomi lebih. Tidak jarang, para mahasiswa dengan kondisi tersebut memiliki gaya hidup bebas.

"(Seperti) teman-teman ini kan dari Jabodetabek ini kan ya mungkin lebih dari 50 persen itu kaya. Dan dari data seleksi yang mahasiswa baru sekarang ini, ini banyak orang kaya," kata Anang, Sabtu (17/8/2024).

Kondisi mahasiswa yang menempuh pendidikan di FISIP dari latar belakang bermacam daerah di 30 provinsi. Mereka memiliki gaya hidup yang berbeda-beda, begitu juga dengan cara berpakaiannya.

"Dan ya kami juga nanti memiliki program, ini masih perencanaan, itu masalah kedisiplinan berpakaian. Jadi memang beberapa kita sudah tampilkan tentunya, cara berpakaian yang sopan," katanya.

Meski begitu, ketika mahasiswa telah disosialisasikan terkait cara berpakaian yang sopan sebelumnya, tak jarang tetap saja tidak menjadikan kebiasaan ketika berada di luar kampus.

Baca juga:
Pelaku Pelecehan Jamaah Masjid Boureno Bojonegoro Terancam Penjara 10 Tahun

Para mahasiswa yang memiliki komunitas dengan gaya hidupnya semakin memperkuat kebiasaan yang dilakukan.

"Tapi kadang kalau gak kuliah, masalahnya disitu. Tidak kuliah ke kampus, udah pakaiannya semacam itu (tidak sopan). Dan banyak hal lagi adalah berdekatan ada komunitas-komunitas di luar. Nah komunitas-komunitas di luar ini kami tidak bisa mendeteksi," katanya.

Meski begitu, pihaknya tetap berkomitmen terhadap pencegahan dan penindakan kekerasan seksual yang ada di dalam lingkungan kampus.

Anang menyampaikan, kejadian kekerasan seksual yang pernah menimpa mahasiswanya rata-rata terjadi di luar kampus. Dia berharap adanya bantuan peran dari masyarakat sekitar dalam menjaga perilaku para mahasiswa.

Contohnya, mahasiswa yang bertempat tinggal dengan menyewa di apartemen atau kos bebas. Kondisi itu rawan dikhawatirkan tidak ada pengawasan sama sekali.

Baca juga:
Pelaku Pelecehan Seksual di Masjid Boureno Bojonegoro Ditangkap

Anang juga mengapresiasi, masyarakat Tlogomas yang beberapa tahun lalu menggerebek tempat penginapan bebas. Dengan begitu, akan dapat membangun kesadaran etika larangan bergaul bebas di kalangan mahasiswa.

"Dan saya terima kasih dengan masyarakat Tlogomas Yang dulu sempat gerebek, penginapan-penginapan yang itu kan kesannya juga kos. Itu saya apresiasi keluarga yang bisa melakukannya," katanya.

Sebagai informasi, di FISIP UB terdapat 1.257 mahasiswa baru, terdiri dari 384 laki laki dan 873 perempuan. Mereka berasal dari 30 provinsi, yakni 40 persen dari Jawa Timur, 30 persen dari Jabodetabek. Sisanya, ada yang dari Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Timur, termasuk Papua.

Selama kegiatan PKKMB 2024, mahasiswa FISIP UB melakukan Forum Group Discussion (FGD) bertemakan kekerasan seksual dan kesehatan mental. Isu ini diambil karena menjadi masalah sosial di lingkungan kampus. Pada FGD itu mereka diminta juga memunculkan solusi hingga kampanye sosial.