Pixel Code jatimnow.com

Sarasehan Nasional, Solidaritas Pembangunan Berkelanjutan

Editor : Endang Pergiwati   Reporter : Ni'am Kurniawan
Sarasehan Nasional Kepercayaan Tuhan YME di Surabaya (foto: Kemendikbud-Ristek for jatimnow.com)
Sarasehan Nasional Kepercayaan Tuhan YME di Surabaya (foto: Kemendikbud-Ristek for jatimnow.com)

jatimnow.com - Upaya untuk merajut persatuan dan memperkuat kesetaraan dalam bingkai keberagaman, Direktorat Kepercayaan Terhadap Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (Dit. KMA), di bawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek), menggelar Sarasehan Nasional Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada 19-22 Agustus 2024 di Surabaya, Jawa Timur.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, menyampaikan, Sarasehan Nasional ini merupakan momen istimewa untuk merumuskan langkah strategis untuk menghadapi tantangan ke depan, baik sebagai individu ataupun komunitas.

"Para penghayat memiliki nilai-nilai luhur yang diyakini untuk kebaikan seluruh masyarakat. Nilai yang dapat menjadi jawaban dari berbagai tantangan dalam menjaga ketahanan sosial secara global. Ajarannya dapat memberikan kontribusi nyata untuk mewujudkan ketahanan budaya, sosial, dan lingkungan,” ujar Hilmar, dalam siaran resminya, Rabu (21/8/2024).

Sarasehan Nasional ini juga dibuat untuk memperkuat jaringan kerja sama antara penghayat kepercayaan di seluruh Indonesia. Sehingga para penghayat dapat saling mendukung dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada, serta bersama-sama membangun bangsa yang lebih kokoh dan harmonis.

"Sarasehan ini dapat menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas, meneguhkan identitas, dan berkontribusi lebih besar bagi kemajuan bangsa dan negara,” tambah Hilmar

Baca juga:
Kelompok Kepercayaan Penghayat di Tulungagung Harap Pemerintah Fasilitasi Hal Ini

Sementara Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME, Sjamsul Hadi, menekankan pentingnya acara ini sebagai wadah untuk membangun dialog yang konstruktif antara para penghayat kepercayaan dan pemerintah.

Menurutnya, pemerintah telah berupaya keras dalam memastikan bahwa hak-hak penghayat kepercayaan diakui dan dihormati melalui serangkaian program dan kebijakan yang telah diterbitkan.

Baca juga:
Sarasehan Budaya di Surabaya: Kilas Sejarah Perobekan Bendera hingga Lomba

Namun, tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana para penghayat dapat mengimplementasikan regulasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memanfaatkan sepenuhnya layanan yang telah disediakan.

"Penghayat kepercayaan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keberagaman Indonesia. Mereka tidak hanya berdampingan dengan beragam tantangan yang kini dihadapi, seperti perkembangan teknologi, urbanisasi, serta perubahan lingkungan, tetapi juga harus mampu mandiri dan memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan hidup,” ujar Sjamsul.