Pixel Code jatimnow.com

Warga Sidoarjo Dukung Kode QR Pertalite, tapi Penerapan Butuh Adaptasi

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Ahaddiini HM
SPBU Tanggulangin Sidoarjo. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com)
SPBU Tanggulangin Sidoarjo. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com)

jatimnow.com - Warga Sidoarjo menyambut penerapan pembelian Pertalite menggunakan kode QR dengan bermacam respons. Mereka menyambut baik upaya pemerintah untuk menertibkan agar bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ini tepat sasaran.

Bambang Sujarwo, salah satu warga pemilik mobil, mengatakan pemberlakuan kode QR untuk beli Pertalite dinilai perlu ada adaptasi. Pasalnya tidak semua warga Sidoarjo paham mengenai hal ini.

"Jika memang itu merupakan program pemerintah, saya pribadi oke-oke saja. Asal itu tidak meribetkan dan menyusahkan masyarakat pemilik mobil," ucapnya Kamis (22/8/2024).

Penerapan tersebut juga harus diimbangi dengan adanya pelayanan SPBU yang lebih baik.

"Jangan sampai dengan adanya barcode Pertalite semata-mata masyarakat menjadi merasa dibatasi. Sebaliknya, dengan adanya kode QR Pertalite berharap memperlancar dan tidak menyulitkan masyarakat mendapatkan BBM, sehingga akan dirasa manfaatnya bagi pemilik mobil," jelasnya.

Senada Fahrur Rozi mengatakan adanya pemberlakuan kode QR mempunyai tujuan yang bagus agar subsidi tepat sasaran. Namun, data kelengkapan pemilik mobil berbahan bakar Pertalite harus dijaga betul karena data masyarakat sangat sensitif.

"Apalagi jika yang diinput data detail seperti nama lengkap alamat bahkan nomor kendaraan bermotor," ungkapnya.

Rozi berharap teknis penerapan kode QR Pertalite dapat memudahkan masyarakat terutama yang belum paham mengenai hal ini.

Pemilik usaha jual beli mobil di Sidoarjo, Ferry Setiawan mengaku merasakan dampak penerapan kode QR Pertalite. Omzetnya saat ini turun karena masyarakat belum bisa menerima dengan mudah sebuah kebijakan baru.

Baca juga:
Hobi jadi Cuan, Pria di Sidoarjo Sukses Budi Daya Hamster

"Semenjak disosialisasikan apalagi ini menjelang diwajibkan di SPBU menggunakan itu, sangat berdampak pada penjualan di showroom kami. Drastis turun 60 persen dibanding sebelumnya," terangnya.

"Masyarakat itu gak mudah terima aturan baru. Sebagian adanya aturan ini dirasa membingungkan, jadi mereka berpikir mending gak usah pakai mobil berbahan pertalite, nah itu pengaruhnya di penjualan showroom kami," lanjut Ferry.

Sementara itu, SPV SPBU Tanggulangin Sigit Susanto menyampaikan adanya penerapan kode QR Pertalite berdampak pada daya beli pengendara roda empat.

"Semenjak adanya sosialisasi barcode Pertalite, di SPBU kami mengalami penurunan daya beli konsumen terhadap Pertalite antara 3 sampai 4 ton," ucapnya.

Semenjak disosialisasikan banyak pengendara roda empat berbahan bakar Pertalite urung membeli karena belum mendaftar.

Baca juga:
Kementerian Perindustrian Bangun Gedung BPIPI di Sukodono Sidoarjo

"Banyak yang tidak jadi beli Pertalite karena ketika hendak membeli, mereka belum punya barcode. Kita kemudian arahkan dulu untuk mendaftar di MyPertamina. Ada yang langsung bisa, namun ada yang harus menunggu beberapa hari," jelas Sigit.

Namun bagi Sigit, adanya penerapan kode QR Pertalite adalah sebuah aturan dari pemerintah yang harus dijalankan meski dirasa membutuhkan proses adaptasi.

"Sebenarnya dengan adanya barcode dirasa meribetkan sebagian warga masyarakat. Tapi karena ini aturan, mau tidak mau kita harus ikuti aturan dari pusat. Meskipun saya pribadi merasa mending harganya yang dinaikan, karena itu lebih memudahkan masyarakat," pungkasnya.