jatimnow.com - Komitmen JHL Group untuk turut berkontribusi dalam pengembangan industri agro bisnis di Tanah Air semakin tampak nyata. Salah satu bukti konkretnya, perusahaan yang didirikan oleh Jerry Hermawan Lo itu kini telah memiliki dua pabrik pengolahan kelapa yang sudah beroperasi. Yakni Dewacoco yang terletak di Desa Goal, Kecamatan Sahu Timur, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara dan di Manado, Sulawesi Utara.
Sebenarnya, ada lagi pabrik yang akan didirikan di Kalimantan, yang saat ini masih dalam proses pengembangan. Selain itu Dewacoco juga sedang menjajaki untuk membangun pabrik pengolahan kelapa di Kepulauan Riau.
Pabrik kelapa Dewacoco bisa mengolah kelapa-kelapa yang dibeli dari para petani untuk menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah tinggi.
“Kalau dulu kelapa Indonesia diekspor dalam bentuk utuh (kelapa bulat), sekarang dengan pabrik ini, kami bisa olah dulu sebelum diekspor. Ini yang dinamakan hilirisasi kelapa,” kata Founder Dewacoco, Jerry Hermawan Lo dalam siaran pers, Sabtu (14/9/2024).
Memang, sebelumnya para petani kelapa di Halmahera menjual kelapa dalam bentuk utuh atau dalam bentuk kopra. Jika dijual dalam bentuk kopra, maka sabut kelapanya menjadi limbah yang kemudian hanya dibakar begitu saja. Tentu hal tersebut tidak ramah lingkungan dan bisa mengganggu kesehatan masyarakat.
Nah, di pabrik Dewacoco ini, limbah sabut kelapa pun diolah menjadi bahan bakar terbarukan.
"Dewacoco jadi perusahaan satu-satunya di dunia penghasil bahan bakar biomassa dari limbah sabut kelapa," kata Jerry.
Kini dengan adanya Dewacoco, para petani bisa menjualnya ke pabrik pengolahan dan kelapa mereka dihargai dengan mengacu pada harga pasaran dunia.
Kini, pabrik kelapa milik JHL Group tersebut telah mempekerjakan lebih dari 1.000 karyawan, mayoritasnya putra-putri daerah dan bekerjasama dengan sekitar 5.000 petani kelapa.
“Di sini kami hadir dengan komitmen untuk menyejahterakan para petani kelapa dan putra-putri daerah,” kata Jerry.
Baca juga:
Pj Gubernur Adhy Karyono Optimis Industri Kelapa Wujudkan Ekonomi Hijau di Jatim
Pabrik Dewacoco di Halmahera kini bisa mengolah sekitar 100 ribu butir kelapa perhari dan targetnya bisa mengolah 250 ribu kelapa perhari pada 2025 mendatang. Sedangkan pabrik yang di Manado kini bisa mengolah 150 ribu kelapa perhari dan terus menggenjot untuk bisa mengolah 500 ribu butir kelapa perhari di tahun depan.
Untuk mencapai target tersebut, kini Dewacoco terus memberikan pendampingan, penyuluhan dan pelatihan kepada para petani untuk bisa menanam dan merawat pohon kelapa secara benar.
“Jika biasanya satu pohon kelapa bisa menghasilkan sekitar 40 butir kelapa pertahun, dengan penanganan yang benar, satu pohon kelapa bisa menghasilkan 120 butir kelapa pertahun. Artinya ada peningkatan 3 kali lipat,” tutur Jerry.
Dewacoco, lanjut Jerry, selain memiliki harapan bermanfaat secara ekonomis untuk masyarakat, juga bercita-cita untuk memacu energi yang keberlanjutan dan membangun kesadaran bersama tentang perbaikan lingkungan di masyarakat.
Baca juga:
11 Peluang Bisnis Menjanjikan Tahun Ini, Ada yang Cocok?
Jerry lantas menjelaskan, proses pengolahan kelapa di Dewacoco dilakukan sedemikian rupa hingga tak ada satu pun sampah (waste) yang tersisa. Sabutnya diolah menjadi briket untuk bahan bakar biomassa. Tempurung kelapa akan dipisah dari batoknya untuk dijadikan charcoal.
Bagian kulit kelapa kemudian diolah menjadi coconut paring oil. Seturut itu pula daging kelapa dipisah dengan bagian ari. Ari kelapa tersebut selanjutnya akan diproses menjadi Crude Coconut Oil (CCO).
Sesudah ari kelapa diubah menjadi CCO, bagian dagingnya kemudian masuk ke tahap drying diubah menjadi dessicated dan tepung. Deiscated kelapa tersebut didistribusikan menjadi bahan pangan, tetapi dapat pula menjadi bahan untuk pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO).
Cita-cita Jerry sejatinya tak hanya sekadar mendirikan pabrik untuk mengolah kelapa. Namun, di sisi lain dia mempunyai keinginan yang kuat untuk menyekolahkan anak-anak petani kelapa di sekitar pabriknya hingga ke jenjang sarjana.
“Saya punya cita-cita akan mencetak 1.000 sarjana pertanian dalam waktu 5 tahun. Saya yakin itu akan tercapai,” kata pengusaha enerjik berusia 69 tahun itu.