Pixel Code jatimnow.com

Tim Forensik Kesulitan Identifikasi Kerangka Manusia di Surabaya, Ini Alasannya

Editor : Yanuar D   Reporter : Misbahul Munir
Polisi saat melakukan olah TKP di lokasi penemuan kerangka. (Foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)
Polisi saat melakukan olah TKP di lokasi penemuan kerangka. (Foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)

jatimnow.com - Tim forensik Biddokkes Polda Jatim masih kesulitan untuk mengidentifikasi hasil penemuan tulang kerangka manusia di sungai Surabaya. Hingga saat ini, tim belum berhasil menemukan identitas dari pemilik kerangka yang diduga 2-3 individu tersebut.

Sebelumnya, tulang kerangka manusia ditemukan oleh petugas pemeliharaan sungai tepatnya di rumah pompa Wonorejo I, Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, pada Rabu (25/9/2024) lalu. 

Kabiddokes Polda Jatim dr. Muhammad Khusnan Marzuki mengungkapkan, berdasarkan hasil pemeriksaan, pihaknya telah melakukan klasifikasi terhadap temuan serpihan tulang kerangka manusia tersebut. 

Ada sebanyak 21 tulang kerangka manusia yang telah berhasil diidentifikasi. Rinciannya ada 7 tulang paha, 1 tulang selangka kiri, 1 tulang tengkorak sisi belakang, 1 tulang tengkorak sisi kanan, 1 buah rahang bawah dengan 6 gigi, 1 tulang selangka kiri, satu tulang panggul (diduga perempuan) dan tulang lengan bawah 3 pasang serta tulang lengan bawah. 

"Kondisi tulang sebagian besar sudah tidak utuh, sudah rapuh, dan sudah nampak lama sekali," jelasnya, pada Senin (30/9/2024). 

Khusnan menyebut untuk mengungkap kasus ini, pihaknya melibatkan sejumlah tim dokter ahli forensik dan melakukan tes DNA. 

"Perlu diketahui dan dipahami bahwa kondisi tulang kerangka ini sudah lama sekali, isinya pun sudah kosong dan sangat rapuh. Bisa jadi menurut kami, karena ditemukan di tepian sungai bisa jadi ini kerangka dari bekas-bekas kuburan atau yang lain, ikut tersapu aliran sungai, sehingga terjadi pengumpulan di situ (pintu air)," jelasnya. 

Baca juga:
Ungkap Kerangka Manusia di Surabaya, Polda Jatim Buka Aduan Orang Hilang

Menambahi, dokter forensik dr. Marifatul Ula mengungkapkan bahwa kondisi tulang kerangka itu saat ditemukan sudah dalam kondisi rapuh dan hanya tinggal serpihan atau tidak utuh. Sehingga hal itu menyulitkan untuk proses identifikasi atau menemukan identitas pemilik kerangka tersebut.

"Seperti, kondisi pada temuan tulang paha itu hanya tersisa batangnya saja sementara bagian pangkal atas dan bawah itu sudah tidak ada. Kemudian, untuk temuan tulang tengkorak itu, kita hanya menemukan bagian tulang tengkorak belakang saja, selanjutnya temuan yang lain itu hanya bagian tulang dahi saja. Sehingga identifikasi itu susah dilakukan," terangnya. 

Mengingat kondisi temuan tulang yang sedemikian rupa, sehingga menyulitkan tim dokter, untuk mengetahui kapan waktu meninggalnya serta jenis kelamin dari temuan kerangka tersebut. 

"Jadi untuk menentukan kapan meninggalnya itu agak susah, karena kondisi tulang yang ditemukan itu hanya sebuah puing atau sepihan, sehingga untuk menentukan post mortem intervalnya atau waktu meninggalnya itu susah, karena kondisinya yang rapuh," tambahnya. 

Baca juga:
Temuan Kerangka Manusia Dalam Kamar di Blitar, Ini Motif Pelaku Bunuh Istrinya

"Diperkirakan sudah sangat lama, terlebih ditemukannya di bantaran sungai sehingga kemungkinan ada pengikisan dari aliran sungai sehingga membuat tulang sangat rapuh, kemungkinan bisa jadi lebih dari 20 tahunan," sambungnya. 

Sementara itu, tim dokter menyimpulkan bahwa kemungkinan tulang kerangka yang ditemukan itu berasal lebih dari 2 orang. 

"Memang berdasarkan identifikasi itu, diperkirakan lebih dari dua individu karena dari tulang yang ditemukan itu ambil contoh seperti ada 7 tulang paha. Sehingga disimpulkan bisa jadi lebih dari dua atau tiga individu," tutupnya.