Pixel Codejatimnow.com

Kini Belajar Fisika Lebih Mudah dengan Aplikasi PhET

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Farizal Tito
Tiga mahasiswa ITS menunjukkan hadiah Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) nasional yang diraihnya.
Tiga mahasiswa ITS menunjukkan hadiah Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) nasional yang diraihnya.

jatimnow.com — Tiga Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menjadi juara 1 pada ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) nasional. Ketiganya adalah Avenzoar Zufar qisthauzan, Muhammad Ainul Yaqin, dan Ikhlasul Amal Rianto.

Dalam lomba itu, tiga mahasiswa ini mengangkat metode ajar Fisika dengan bantuan aplikasi PhET (Physics Education Technology) di Universitas Mulawarman.

Avenzoar mengatakan, tujuan metode yang dirancang bersama timnya ini memudahkan siswa dalam mempelajari fisika.

“Keluhan dari siswa, khususnya siswa SMA, pada pelajaran fisika karena kurangnya kemampuan memahami konsep dasar,” jelas mahasiswa angkatan tahun 2017 ini.

Menurut penelitian Avenzoar dan tim, apabila siswa susah memahami konsep dasar, maka siswa menjadi malas dan tidak bersemangat belajar fisika.

“Jika tidak dilakukan tindak lanjut, ke depannya akan makin susah dalam menyelesaikan soal fisika yang rumit,” ujar Venzo, Senin (1/10/2018).

Sementara itu, anggota tim lainnya Ainul Yaqin menjelaskan, solusi dari permasalahan tersebut ialah menjadikan fisika sebagai model animasi.

Baca juga:
Tidak Sempat Daftar SNBP? Yuk Pilih Undiksha Lewat SNBT

“Siswa lebih tertarik dengan animasi bergerak, oleh sebab itu PhET mampu menarik perhatian serta minat para siswa,” tutur mahasiswa Teknik Industri ITS tersebut.

Namun, hingga saat ini PhET masih belum populer di Indonesia dan penggunaannya masih minim di sekolah-sekolah.

“Kami melakukan inovasi dengan membuat lembar kerja siswa khusus PhET, kemudian menjelaskan dengan metode percobaan pada aplikasi,” terang mahasiswa yang akrab disapa Qiqin ini.

Ikhlasul Amal menambahkan, metode ini telah diuji cobakan pada siswa SMA di MAN Surabaya. “Kami mengambil sampel satu kelas X dan XI yang masih segar pengetahuannya tentang fisika,” kata mahasiswa asal Malang ini.

Baca juga:
Pria asal Nganjuk Ditabrak Polisi di Kediri

Dalam metode pengajaran ini, menurut Ikhlasul, timnya mengambil sampel dengan melakukan uji pretest dan posttest.

“Metode ini berhasil karena ada peningkatan nilai dari pretest dan posttest sekitar 30,43 persen,” pungkasnya.