jatimnow.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperpanjang pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Jawa Timur hingga 10 Januari 2025.
Keputusan ini diambil untuk mengurangi risiko banjir dan bencana hidrometeorologi lainnya seiring dengan tingginya curah hujan yang diprediksi pada akhir Desember hingga Januari.
Pj Gubernur Jawa Timur Adhi Karyono menjelaskan bahwa perpanjangan TMC dilakukan setelah terbukti efektif dalam mengurangi curah hujan pada tahap pertama.
“TMC membantu mengalihkan hujan dan mengurangi potensi banjir. Kami berharap operasi ini semakin efektif dengan menggunakan peta yang lebih detail,” kata Adhi saat mengunjungi posko TMC di Juanda, Sidoarjo, Senin (30/12/2024).
Adhi menambahkan bahwa TMC kali ini akan menggabungkan sistem pemetaan dengan analisis yang lebih tepat untuk menentukan lokasi yang berisiko banjir.
“Dengan pendekatan ini, kami dapat memberikan TMC secara selektif, terutama di daerah yang sudah terdampak banjir atau berpotensi tinggi,” ungkapnya.
Baca juga:
Gelombang Laut Setinggi 2,5 Meter Mengancam Jatim: 5 Daerah Ini Waspada
Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG Budi Harsoyo, menjelaskan bahwa TMC diperpanjang berdasarkan permintaan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan BNPB.
"Operasi TMC dilaksanakan sejak 18 Desember dan diperpanjang hingga 10 Januari 2025 untuk mengurangi dampak banjir bandang dan longsor, mengingat prediksi curah hujan tinggi di wilayah Jawa Timur," kata Budi.
Budi menjelaskan bahwa fenomena La Nina dan faktor atmosfer lainnya meningkatkan curah hujan, baik di Jawa Timur maupun di wilayah Indonesia lainnya.
Baca juga:
Kabupaten Blitar Diguncang Gempa Magnitudo 4,1
“Kami memantau dan mengantisipasi daerah yang berisiko tinggi, terutama wilayah Tapal Kuda yang diprediksi mengalami hujan lebih intens,” lanjutnya.
Deputi Bidang Sistem Strategi BNPB Raditya Jati, menegaskan bahwa TMC merupakan upaya mitigasi untuk mengurangi bencana hidrometeorologi berdasarkan data historis dan peta risiko banjir.
“TMC dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat, seperti pasokan air untuk pertanian dan pengisian waduk, sekaligus mengurangi risiko banjir,” kata Raditya.