Pixel Codejatimnow.com

Ramai Isu Penjarahan di Palu, Relawan Asal Ponorogo juga Tertahan

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Mita Kusuma
Mobil yang ditumpangi relawan asal Ponorogo yang tertahan di Mamuju, Rabu (3/10/2018).
Mobil yang ditumpangi relawan asal Ponorogo yang tertahan di Mamuju, Rabu (3/10/2018).

jatimnow.com - Isu penjarahan di lokasi gempa dan tsunami Palu ternyata tidak hanya isapan jempol belakang. Hal itu diungkap oleh relawan asal Ponorogo yang diberangkatkan ke Palu, Parbo Hadi melalui status WhatsApp-nya.

Berikut status WhatsApp Parbo Hadi:

'Lapor Kak... Perjalanan kami lakukan luar biasa. Makassar-Mamuju 22 jam jalur darat dengan berbagai macam rintangan. Dari Mamuju ke Palu masih 7-8 jam. Malam ini kami tertahan di Mamuju. Karena tidak diijinkan perjalanan malam oleh warga Mamuju. Karena banyak penjarahan/pemalakan di malam hari. Karena sebelumnya rombongan wakil bupati juga kena penjarahan. Perjalanan kami putuskan besok pagi (pagi ini red), dari Mamuju menuju Dongala kemudian Palu'

Ketika dikonfirmasi, Parbo membenarkan statusnya tersebut. "Iya memang benar. Kemarin yang saya bilang sudah di Mamuju itu ternyata saya masih di sekitar Makassar. Kemarin malam baru sampai Mamuju," terangnya melalui sambungan telepon, Rabu (3/10/2018).

Menurut Parbo, saat sampai di Mamuju Sulawesi Barat, warga sekitar menghalanginya untuk melanjutkan perjalanan. Sebab, banyak penjarahan yang terjadi jika melintas pada malam hari.

"Jadi kami ditahan. Tidak boleh berangkat malam-malam. Takutnya terkena penjarahan atau pemalakan pada malam hari," bebernya.

Apalagi, pada malam sebelumnya, ada rombongan dari Wakil Bupati Mamuju terkena penjarahan. "Kami juga gak berani. Pagi ini baru kami lanjutkan perjalanan sekitar jam 05.30 waktu sini (WITA). Dari Mamuju-Dongala-Palu. Masih 7-8 jam lagi," ujarnya.

Baca juga:
Ini Penjelasan BMKG soal Gempa di Perairan Tuban

Dari cerita warga Mamuju, warga yang menjarah biasanya mengambil bahan makanan dan bahan bakar minyak (BBM). Sehingga, untuk menghindari penjarahan, dirinya dan rombongannya juga menyimpan BBM ditempat tersembunyi.

"Ya akhirnya BBM nya kami sembunyikan dengan cara kami tumpuk-tumpuk dengan baju. Agar tidak diketahui oleh orang," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, banyaknya warga yang ingin keluar atau masuk lokasi bencana tsunami, Palu, Sulawesi Tengah, terutama melalui jalur udara membuat Bandara Hasanuddin, Makassar menjadi super sibuk.

Hal itu membuat sebagian relawan yang dikirim ke Palu terhambat. Termasuk salah satu relawan asal Ponorogo, Parbo Hadi.

Baca juga:
Potensi Gempa Susulan, BMKG Tuban Imbau Warga Jauhi Bangunan Gedung

"Iya kami tertahan. Kemarin dari Surabaya ke Makassar bisa via udara. Sekarang dari Makassar ke Palu harus lewat darat," terang Parbo Hadi kepada jatimnow.com melalui sambungan telepon, Selasa (2/10/2018).

Ia menjelaskan, kondisi bandara Makassar memang banyak orang. Menurutnya, kebanyakan mereka ingin pergi ke Palu untuk mencari keluarga. Sebaliknya juga begitu, banyak yang ingin keluar dari Palu.