jatimnow.com - Buaya muara kembali meneror petani tambak kepiting di Dusun Tlocor, Desa Kedungpandan, Kecamatan Jabon, Sidoarjo. Pemilik tambak kebingungan bagaimana cara mengevakuasinya.
Anak pemilik tambak, Agus Winarno mengatakan, kurang lebih dua pekan terakhir harus berurusan dengan buaya tersebut. Kondisi tersebut membuat Agus semakin cemas, karena budidaya kepiting dan ikan bandeng serta nila yang ada di tambak sudah dipastikan gagal panen.
"Kalau bisa Damkar atau pihak berwenang lainnya, agar dapat segera ke tambak membantu proses penangkapan buaya ini, biar tidak berlarut-larut. Saya harus minta tolong ke siapa lagi," ucapnya kepada jatimnow.com, Jumat (7/2/2025) sore.
Ia melanjutkan keberadaan buaya semakin membuatnya kuatir karena nampak semakin agresif dan buas.
"Itu karena waktu mau ditangkap beberapa hari kemarin, buayanya merasa terancam. Sekarang semakin agresif. Sebelumnya, kalau didekati dari atas tanggul itu tidak kabur. Sekarang kalau melihat gerakan sedikit sudah kabur, sama mulutnya terbuka gitu," jelasnya.
Baca juga:
Buaya Liar Satroni Tambak Warga Sidoarjo
Agus mengeluhkan kepiting dan ikan di tambak miliknya banyak yang mati. Terlebih ada yang sudah dimakan buaya. Karena hal itu, ia memastikan hasil tambak miliknya kali ini akan gagal panen.
"Sepertinya ini sudah gagal panen, kepiting saya sudah banyak yang mati, itu ada di bawah pohon pisang. Belum lagi beberapa hari ini harga kepiting sudah turun," terangnya.
"Saya sebenarnya itu pengen segera ditangkap, tim bilangnya sudah tidak bisa menangkap lagi. Kalau sudah ketangkap saya sendiri, saya disuruh telepon," imbuhnya.
Baca juga:
3 Ekor Buaya Besar Teror Warga Sekitar Sungai Kedungpeluk Sidoarjo
Sementara itu, Koordinator Tim Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Satuan Kerja (Satker) Surabaya, Suwardi mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk membantu proses penangkapan buaya tersebut.
"Call center 112 BPBD Sidoarjo sudah kami koordinasikan, saat ini mereka juga berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim, hanya saja belum bisa membantu," pungkasnya.