Pixel Code jatimnow.com

Ramadan Now 2025

Tausiyah Bupati Ngawi Ony Anwar: 3 Esensi Bulan Ramadan

Editor : Zaki Zubaidi  
Bupati Ngawi Ony Anwar, ST, MT. (Foto: Setya for jatimnow.com)
Bupati Ngawi Ony Anwar, ST, MT. (Foto: Setya for jatimnow.com)

jatimnow.com - Bupati Ngawi Ony Anwar, ST, MT mengajak masyarakat turut merefleksikan makna penting Ramadan. Ony menuturkan betapa istimewanya momen yang hanya datang setahun sekali itu.

Menurutnya, sangat disayangkan jika Ramadan hanya dihabiskan menahan lapar dan dahaga karena makna Ramadan jauh lebih besar. Di situlah, kata Ony, Allah SWT memberikan ganjaran pahala yang berlipat ganda.

"Kalau ibadah yang lain pahalanya antara 10-700 lipat, kalau puasa di bulan Ramadan, ini untuk Allah dan Allah yang menentukan jumlah pahalanya. Jadi bisa jumlahnya tidak terhingga," ucap Ony.

Tausiyah keagamaan berjudul Hikmah Ramadan ini disampaikan di aula Megawati Soekarnoputri, Kantor DPD PDI Perjuangan Jawa Timur di Surabaya, Minggu (16/3/2025) kemarin.

Pria yang juga Wakil Ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) PDIP Jatim itu menyebut, selain ibadah wajib, ada tiga esensi bulan Ramadan yang mampu membuat orang menjadi golongan orang yang bertakwa pada Allah SWT atau biasa disebut muttaqin.

Pertama menyegerakan mohon ampun ketika berbuat dosa, ikhlas dalam bersedekah, dan mampu menahan amarah serta merawat silaturahmi dengan keluarga terdekat.

"Dalam surat Ali Imran ayat 134 dijelaskan ketika kita mendapati suatu kesalahan kekhilafan ini Allah meminta kita menyegerakan mohon ampun ke Allah yang oleh Allah akan diganjar surga yang luasnya langit dan bumi," tutur Ony.

Meski terlihat sederhana namun tiga kegiatan itu cenderung sulit dilakukan. Hal ini, juga tercatat dalam riwayat hadis.

Ony mencontohkan pada aspek ketiga yakni merawat silaturahmi. Seringkali dalam satu keluarga, orang tua lebih fokus pada anaknya yang sedang di perantauan. Tanpa sadar setiap hari anak lainnya yang selalu menjaga dan merawatnya.

"Kadang kita lupa tiap hari kita berinteraksi, ini yang harus kita pahami dulu. Saudara kita, kerabat kita, orang tua kita baru yang lainnya, kadang ini malah kelewatan," sebutnya.

Selanjutnya pada aspek mohon ampunan. Menurut Ony saat sekarang bangsa ini sangat beruntung sebab budaya saling memaafkan sudah terjaga.

Dulu budaya ini diawali oleh Ir. Soekarno bersama para alim ulama yang membuat kegiatan bernama halal bihalal usai Ramadan. Dengan ini masyarakat tak perlu malu jika ingin minta maaf maupun memaafkan.

"Dulu Pak Soekarno dengan alim ulama yang membudayakan halal bihalal. Kalau tidak ada acara itu mungkin minta maaf itu gengsi. Ketika halal bihalal kita salamannya rame-rame jadi gengsinya hilang," terang Ony.

"Jadi kita bersyukur mendapati bulan Ramadan bisa menjalankan ibadah dengan khusyuk," sambungnya.