Pixel Code jatimnow.com

Perpadi Buka Suara soal Polemik Penolakan Penyerapan Gabah oleh Bulog Kediri

Editor : Yanuar D  
Ketua Perpadi Kediri, Beny Setyawan. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Ketua Perpadi Kediri, Beny Setyawan. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)

jatimnow.com - Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Kediri buka suara soal kabar penolakan penyerapan gabah dari petani oleh Perum Bulog Kantor Cabang Kediri.

Sejak awal, Perpadi sepakat mendukung sepenuhnya upaya Pemerintah mewujudkan Swasembada Pangan 2025. Mereka juga memberikan apresiasi capaian yang dilakukan oleh Bulog Kediri dalam menyerap beras dan gabah dari petani yang menyentuh diangka 154,19 persen. Ketua Perpadi Kediri, Beny Setyawan memastikan, nilai tersebut sudah melebihi target.

Gabah dari petani Nganjuk dan Kediri sampai akhir Maret 2025 mencapai 18.394.455 kg / 18 Ribu Ton lebih. Terkait kabar jika Bulog tidak menyerap gabah petani di Nganjuk, menurut Beny tidaklah tepat, hal itu dibuktikan selama ini Mitra Bulog terus mengerjakan pengeringan gabah dari serapan petani di Nganjuk dan Kediri.

"Bulog Kediri sudah menjadi nomor 1 serapan beras dan gabahnya di Jawa Timur dan melampaui target yang ditentukan oleh Bulog sendiri. Namun, memang ada keterbatasan kapasitas mesin driyer (pengering) gabah yang tidak seimbang dengan hasil panen raya,” kata Beny, Kamis (27/3/2025).

“Untuk saat ini para mitra lebih memilih memastikan kualitas untuk mempercepat proses pengeringan dan penggilingan biar serapan lebih optimal," terang Beny.

Lebih lanjut Beny menjelaskan, jika sekarang ini ada sekitar 14 orang pengusaha penggilingan beras yang menjadi Mitra Bulog Kediri yang siap menerima gabah dari petani untuk diproses. Dan Bulog senantiasa membuka kesempatan kemitraan untuk para penggilingan padi untuk bergabung dalam proses penyerapan gabah dan beras sesuai dengan sarana dan prasarana yang dimiliki.

"Anggota Perpadi kita banyak cuman yang memiliki kapasitas dan memilki sarana penunjuang pasca panen sementara ini ada 14 orang yang tergabung dalam Mitra Maklon Bulog," ungkapnya

Namun sayangnya, banyak gabah yang diserap dari petani kualitas gabahnya sangat rendah, selain basah, juga banyak biji hampa dan sampah daun padi. Sehingga mempersulit proses pengeringan di tingkat mitra. Proses pengeringan yang seharusnya bisa selesai 10-12 jam, bisa tambah lama hingga mencapai 40 jam.

Baca juga:
Serapan Gabah Bulog Kediri Lampaui Target, Nganjuk Sumbang Paling Banyak

Hal ini tentu membuat biaya membengkak dan mengakibatkan kerusakan mesin pengering. Selain itu membuat hasil rendemen beras sangat rendah.

Untuk itu para mitra lebih fokus untuk memilih kualitas barang yang standard agar lebih cepat untuk diproses sehingga tidak menggangu proses kuota penyerapan gabah.

Melihat kondisi yang terjadi sekarang Mitra Maklon Bulog Kediri lebih memilih untuk sementara menyelesaikan proses pengeringan dan penggilingan padi yang diserap Bulog. Mitra lebih fokus menyelesaikan stok gabah yang diproses sebelumnya untuk digiling jadi beras agar tidak menumpuk di gudang milik mitra.

"Kami sekarang fokus dulu dengan apa yang sebelumnya menjadi tanggung jawab kami terkait  pemrosesan menjadi hasil giling, kebetulan serapan gabah paling banyak dari  wilayah Nganjuk. Rata-rata Bulog Kediri itu nyerapnya justru dari Nganjuk. Sedangkan kapasitas driyer seluruh mitra sekitar 500 ton/ hari, sedangkan hasil panen dari Nganjuk dan Kediri mencapai lebih dari 500 ton/ hari," katanya

Baca juga:
Bulog Siap Beli Gabah atau Beras Petani di Kediri dan Nganjuk Sesuai HPP

Seperti juga yang diungkapkan oleh mitra Bulog yang lain, Afnan Subagio bahwa gabah/padi dengan kualitas rendah juga akan memperlambat program swasembada karena gabah dengan kualitas rendah, juga akan menghasilkan beras dengan kualitas rendah pula.

Hal lain juga dikemukakan oleh mitra maklon Bulog yang lain, Yimmi Stepanoes, bahwa saat ini baiknya semua bersinergi untuk mewujudkan program unggulan Presiden Prabowo Subianto, swasembada pangan 2025, dengan menyikapi segala persoalan secara obyektif.

“Pentingnya pemuliaan cara dan waktu panen juga sangat mempengaruhi padi yang akan diproses,” tandasnya.