Pixel Code jatimnow.com

Dua Mahasiswa Palestina Ikuti Pendidikan Spesialis di UNAIR

Editor : Ni'am Kurniawan   Reporter : Ali Masduki
Dua mahasiswa asal Palestina, Ahmed Eliaan Syakir Abuajwa dan Ibrahim M. M. Abusalem, resmi memulai pendidikan jenjang spesialis di UNAIR. Foto: Humas Unair for JatimNow.com
Dua mahasiswa asal Palestina, Ahmed Eliaan Syakir Abuajwa dan Ibrahim M. M. Abusalem, resmi memulai pendidikan jenjang spesialis di UNAIR. Foto: Humas Unair for JatimNow.com

jatimnow.com - Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menjadi pilihan bagi mahasiswa internasional untuk melanjutkan pendidikan spesialis.

Tahun ini, dua mahasiswa asal Palestina, Ahmed Eliaan Syakir Abuajwa dan Ibrahim M. M. Abusalem, memulai pendidikan spesialis di UNAIR.

Ahmed memilih Program Studi Spesialis Ilmu Bedah Saraf, sementara Ibrahim mengambil Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik.

Kehadiran mereka di UNAIR bukan sekadar menambah warna keberagaman kampus, tetapi juga mencerminkan komitmen UNAIR dalam berkontribusi pada pendidikan global dan menjawab kebutuhan kesehatan di berbagai belahan dunia.

Kedua mahasiswa itu membawa harapan besar untuk membangun kembali negaranya yang tengah dilanda krisis.

Ahmed, yang mengambil spesialis bedah saraf, mengungkapkan motivasinya yang kuat. “Kami di Gaza sangat membutuhkan ahli di bidang ini,” ujarnya dengan nada penuh harap.

Kondisi di Gaza yang memprihatinkan, dengan krisis kemanusiaan, kelaparan, kekurangan air, dan kerusakan infrastruktur yang parah akibat konflik, menjadi pendorong utama bagi Ahmed untuk menuntut ilmu di Indonesia.

Rumahnya hancur, begitu pula rumah sakit, sekolah, dan masjid di sekitarnya. Meskipun akses komunikasi terbatas, keluarganya di pengungsian terus memberikan dukungan penuh.

"Saya tidak akan kembali ke Palestina sebelum selesai dan membawa bukti kelulusan," tegasnya, menunjukkan tekad kuatnya untuk menyelesaikan pendidikannya.

Berbeda dengan Ahmed, Ibrahim mendapatkan beasiswa dari Kementerian Kesehatan Indonesia. Ia memilih UNAIR karena reputasi dan kualitas pengajarannya.

Baca juga:
Mahasiswa Ciptakan Struktur Bambu Kinetik di Surabaya

"Ini merupakan keistimewaan bagi saya untuk bisa menjadi pelajar di universitas ini," kata Ibrahim.

Perjalanan pendidikannya panjang, dimulai dari Fakultas Kedokteran di Mesir (2018), bekerja di Mesir, Gaza, dan Palestina, serta melanjutkan pendidikan di Jerman sebelum akhirnya berlabuh di UNAIR. Motivasi utamanya, sama seperti Ahmed, adalah mengabdi kepada negaranya.

Kedua mahasiswa ini telah merasakan keramahan Indonesia. Ibrahim menceritakan pengalamannya di Jakarta, di mana para dokter membantu proses adaptasinya, mulai dari mencari tempat tinggal hingga menjelaskan sistem pendidikan di Indonesia. Dukungan ini menjadi bukti nyata solidaritas dan keramahan masyarakat Indonesia.

Baik Ahmed maupun Ibrahim memiliki visi yang sama: kembali ke Gaza dan mengabdi dengan ilmu yang mereka peroleh.

Mereka menyadari tantangan yang akan dihadapi, mulai dari beradaptasi dengan lingkungan baru hingga menguasai bidang kedokteran yang kompleks.

Baca juga:
JCI East Java dan BRI Peduli Salurkan Beasiswa untuk Anak Autis

Namun, semangat untuk membangun kembali Gaza menjadi pendorong utama bagi mereka untuk terus maju.

Keahlian bedah saraf yang mereka tekuni sangat dibutuhkan untuk menangani kasus-kasus berat seperti cedera kepala akibat kecelakaan, trauma perang, dan cedera tulang belakang.

Kehadiran Ahmed dan Ibrahim di UNAIR menjadi bukti nyata bahwa pendidikan dapat menjadi jembatan untuk perdamaian dan pembangunan.

Semoga kisah mereka menginspirasi banyak orang untuk berkontribusi dalam membangun dunia yang lebih baik.