Pixel Codejatimnow.com

Warga Ponorogo ini Lari Telanjang Saat Gempa Terjang Palu, Mengapa?

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Mita Kusuma
Thomas Suyanto saat bertemu dengan Bupati Ipong di Ponorogo.
Thomas Suyanto saat bertemu dengan Bupati Ipong di Ponorogo.

jatimnow.com - Nasib Thomas Suyanto sekeluarga termasuk beruntung. Sebab, warga Desa Baosan Lor, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo masih diberikan umur panjang. Keluarga ini merupakan salah satu korban gempa Palu, Sulawesi Tengah.

Thomas yang tinggal di Jalan Batu Bata Indah, Tatura Utara, Palu itu bersyukur bisa kembali ke kampung halamannya bersama istri dan dua anaknya. Walaupun dengan selembar baju yang melekat di tubuhnya. Ia pun bernazar berjalan kaki dari Baosan Lor ke Kecamatan Ngrayun.

Mata Thomas terlihat berbinar-binar. Ia berulangkali mengucap syukur ketika ditanya bagaimana perasaannya bisa selamat.

"Alhamdulillah saya bisa selamat. Walaupun dengan berbagai perjuangan," terang Thomas membuka pembicaraan kepada jatimnow.com, Kamis (11/9/2018).

Ia mengaku, saat gempa mengguncang Palu pada Jumat (29/9/2018) sore, pagi harinya sudah merasakan gempa. Semakin siang, gempa itu semakin terasa guncangannya.

Meski demikian, Thomas mengaku tetap membuka kedai mie ayamnya seukuran 8x15 meter. Tempat itu juga digunakan untuk tempat tinggalnya bersama istri dan kedua anaknya.

"Saya sudah merasakan dari pagi. Siang juga makin banyak getarannya," terang pria kelahiran 1981 ini.

Namun, gempa yang dianggap biasa itu drastis berubah. Sore harinya, mendadak awan hitam menyelimuti kota yang semula cerah dengan terik panas matahari itu.

“Ada gempa keluar, mereda, berselang beberapa menit gempa lagi, keluar rumah lagi,’’ ungkap suami Inuk Sarmini itu.

Baca juga:
Terima Bantuan untuk Korban Gempa Palu, Risma Ingin Bangunkan Sekolah

Menjelang maghrib, tepatnya pukul 17.00 waktu setempat, ia pun mandi di rumahnya. Sementara Inuk Sarmini, istrinya menunggu kedai mienya karena khawatir sewaktu-waktu ada pembeli.

Berselang dua menit kemudian, gempa dahsyat terjadi dan merasakan rumahnya yang terbuat dari papan kayu mulai roboh. Tanpa pikir panjang, ia pun langsung lari keluar rumah dan merasakan bumi seolah bergeser.

"Saat itu saya hanya pasrah dan lari sekencang-kencangnya ke luar rumah. Tanpa sadar, saat itu saya keluar rumah dengan telanjang bulat," ungkapnya.

Setelah gempa mereda, ia bergegas lari mengambil pakaian di dalam rumah yang ditakutinya bakal roboh. Ia mengaku, memakai bajunya pun di luar.

"Kemudian saya menolong istri yang kejatuhan motor, untung selamat beserta anak bungsu saya digendongnya,” ujarnya.
Setelahnya, ia bersama istri dan anaknya menuju Bandara Mutiara SIS Al-Jufri, Palu. "Berjalan kaki 7-an km. Sepanjang jalan, saya melihat seluruh bangunan luluh lantah. Jalan yang saya lewati retak. Tidak jarang saya jatuh karena tersandung oleh retakan jalan tersebut," ujarnya.

Baca juga:
Anak Ponorogo Korban Gempa Palu Digratiskan Pendidikannya hingga SMA

Saat itu, ia menjalankan nazarnya. Selama tiga hari berturut-turut, sejak Senin (7/10/2018) berjalan dari rumahnya ke Kecamatan Ngrayun.

"Kalau PP ada 10 km. Tapi itu nazar saya. Kalau selamat saya harus jalan kaki. Dan ini saya lakukan," pungkasnya.