Pixel Codejatimnow.com

Wawancara Khusus Kurir 643 KIP yang Ditemukan di Nginden

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Erwin Yohanes
 Penampakan Hamid (jaket hitam) saat ditemui jatimnow.com di depan Mapolsek Sukolilo, Kamis (22/3/2018) malam.
Penampakan Hamid (jaket hitam) saat ditemui jatimnow.com di depan Mapolsek Sukolilo, Kamis (22/3/2018) malam.

jatimnow.com - Nama Hamid (sebelumnya MH), mencuat sejak Kamis (22/3/2018) pagi. Pria 32 tahun asal Nginden Jangkungan ini, disebut-sebut sebagai saksi kunci oleh kepolisian, terkait temuan 643 KIP (Kartu Indonesia Pintar) di sebuah tempat laundry milik Umi Kulsum, tepat di depan rumah Hamid.

jatimnow.com mewawancarai Hamid di sebuah warkop tepat di depan Mapolsek Sukolilo pada Kamis (22/3/2018) malam . Saat ditemui, Hamid mengaku sudah selesai diperiksa oleh penyidik. 

Hamid terlihat mengenakan sepatu coklat, celana jeans biru dongker dan jaket warna hitam. Berikut wawancara eksklusif jatimnow.com dengan Hamid :

1). Mas Hamid, bagaimana awalnya karung berisi KIP itu berada di rumah Umi Kulsum (tempat laundry)?
Hamid : Tanggal 10 Maret 2018, di rumah saya ada acara keluarga. Jadi saat itu, karung itu harus dipindahkan. Dan saya akhirnya ijin ke Umi (Umi Kulsum), untuk titip karung itu. Setelah diijinkan, saya akhirnya meletakkan karung itu di bawah, samping mesin jahit.


2). Setelah hajatan, mengapa karung itu tidak sampean ambil kembali mas?
Hamid : Memang belum sempat saya ambil mas. Karena saya ada pekerjaan ke luar kota.


3). 643 KIP untuk Kelurahan Gebang dan Kelurahan Keputih itu, sebenarnya diterima sejak kapan mas?
Hamid : Saya menerima dari PT SAP (ekspedisi sekaligus distributor) pada Mei 2016. Saya memang ditunjuk sebagai kurir saat itu.


4). Setelah menerima 643 KIP itu, apa langkah mas sebagai kurir?
Hamid : Saya langsung bergerak untuk mendistribusikan KIP itu ke dua kelurahan tadi (Gebang dan Keputih). Dengan langkah, saya menuju dua kelurahan setempat.


5). Lantas mengapa KIP itu akhirnya tidak jadi terdistribusikan?
Hamid : Karena pihak kelurahan menyampaikan sejumlah alasan. Yaitu di dua kelurahan itu tidak ada yang mendampingi. Mereka beralasan bahwa data penerima juga tidak merata. Salah satu contoh, siswa yang mampu dapat (KIP). Yang tidak mampu, malah nggak dapat. Selanjutnya, pihak kelurahan juga mengatakan jika penerima kartu itu belum jelas (belum valid). Dan pihak kelurahan juga belum tahu Mekanisme penggunaan kartu itu.

6). Setelah mendapat jawaban itu dari kelurahan, apa langkah Mas Hamid?
Hamid : Saya langsung melapor ke pihak distributor (PT SAP).

Baca juga:
Gubernur Khofifah Resmikan 50 Rumah KIP di Blitar: Aman, Nyaman, Sarpras Memadai


7). Kemudian apa jawaban distributor mas?
Hamid : Pihak distributor menyampaikan kepada saya agar menyimpan kartu itu demi keamanan. Artinya kartu ini barang return. Sebab distributor mengatakan akan mengirim ulang kartu yang baru. Saya hanya kurir, jadi saya mengikuti perintah itu.


8). Apakah Mas Hamid punya pengalaman sebelumnya sebagai kurir KIP?
Hamid : Tidak pernah. Baru sekali ini.


9). Dalam kasus ini, Mas Hamid sudah diperiksa kepolisian (Polsek Sukolilo) berapa kali?
Hamid : Sudah dua kali mas. Yaitu Selasa (20/3/2018) mulai pukul 20.00 Wib dan Kamis (22/3/2018) mulai pukul 15.00 Wib.


10). Selain Mas Hamid, apakah pihak distributor (PT SAP) juga diperiksa mas?
Hamid : Iya mas.

Baca juga:
Momen Bocah SD di Kediri Bertanya Cara Mendapatkan KIP ke Mas Dhito

Diketahui sebelumnya, temuan ratusan KIP itu dilaporkan oleh Kardi (44) Jangkungan 1/20 Surabaya. Kardi melapor kepada anggota Binmas Polsek Sukolilo saat dirinya menjalani pendataan, Selasa (20/3/2018). 
 
 
Kardi menyebut jika ia menemukan KIP itu pada 10 Maret 2018 sekitar pukul 15.00 Wib di rumah mertuanya (Umi Kulsum). Mertua Kardi itu sendiri, memiliki usaha laundry di Nginden Jangkungan 1-D/18 Surabaya. 
 
Setelah dihitung detail di Mapolsek Sukolilo, karung putih itu berisi sebanyak 643 keping KIP dengan rincian untuk Kelurahan Gebang 220 keping dan untuk Kelurahan Keputih sebanyak 423 keping.

 

Reporter: Narendra Bakrie

Editor: Erwin Yohanes