jatimnow.com - Seorang siswi SMPN 1 Jetis, Ponorogo menciptakan robot canggih pengorak-arik gabah atau benih padi. Orak arik merupakan salah satu cara agar gabah yang dijemur para petani cepat kering.
Siswi kelas IX itu bernama Else Windasari (15). Robot karya Else bahkan berhasil meraih juara 2 tingkat nasional dan menerima penghargaan dari Kementrian Pendidikan dalam ajang Kalbe Junior Scientist Awards (KJSA) 2019. Saat itu, dia bertanding dengan 424 perserta dari seluruh Indonesia.
"Ya awalnya pengen membantu bapak sama ibu di Ngrayun. Kasihan mereka panas-panasan saat menjemur padi," jelas Else saat ditemui jatimnow.com, Rabu (6/11/2019).
Baca juga: Pelajar SMP di Jember Ikuti Pelatihan Jurnalistik
Else menamakan robot ciptaannya itu dengan nama robot orak-arik gabah. Robot ini bisa dikendalikan dengan smartphone, sehingga para petani tinggal mengontrolnya dari kejauhan di tempat yang teduh, saat menjemur gabah.
"Tugas (orak-arik gabah) tersebut dapat diambil alih oleh robot dan dikendalikan petani melalui jaringan bluetooth dari sebuah smartphone," beber anak pasangan suami istri Jarmun dan Jemitun ini.
Baca juga: Duka Pelajar Pemain Ajang Piala Soeratin di Bojonegoro, Diduga Panpel Tidak Siap
Robot ini dikembangkan hampir selama 4 bulan bersama guru pembimbingnya. Robot ini terdiri dari berbagai komponen elektronik seperti motor listrik DC, microcontroller arduino nano, charger solar controller, baterai, modul bluetoth hc 05, DC to DC step down hingga relay.
"Robot ini juga dilengkapi dengan panel surya yang dapat membantu pengisian daya baterai ketika dijemur diterik matahari," terangnya.
Setelah arus dari baterai sudah hidup, maka bluetooth akan menyala otomatis. Setelah itu petani tinggal mengoneksikannya dengan smartphone yang sudah terinstal software remot control.
Baca juga: Pelajar SMP Bobol SDN 1 Penjaringan Sari Surabaya usai Pesta Miras
"Pekerjaannya mudah. Petani tinggal mengarahkan robot maju mundur kiri kanan sampai padi yang dijemur bisa rata dan bisa dijangkau dari jarak 5 sampai 10 meter," tambahnya.
Sementara itu, guru pembimbing robotik SMPN 1 Jetis Dwi Sujatmiko mengaku, dalam mengembangkan robot orak-arik gabah tersebut, terjadi beberapa kendala seperti seringnya sistem dalam pemrogaman robot ter-reset sendiri. Itu menyebabkan robot tidak bisa berbelok karena terputusnya koneksi dari bluetooth.
"Akhirnya setelah beberapa kali percobaan, diketahui jika tegangan untuk mikrontroler tidak stabil, sehingga kami beri kondensator elektrolit untuk menyetabilkan tegangannya," pungkasnya.