Pixel Codejatimnow.com

Ini Cerita Mahiful, Petani Jeruk yang Panen Diluar Musimnya

 Reporter : Erwin Yohanes Mita Kusuma
Mahiful menunjukkan jeruk di kebunnya.
Mahiful menunjukkan jeruk di kebunnya.

jatimnow.com - Mahiful Hadi (50) pria asal Banyuwangi yang sukses membudidayakan jeruk di tengah kota Ponorogo.

Bahkan dua tahun terakhir, Mahiful berani membuka wisata jeruk untuk umum, tidak hanya menjualnya ke pasar atau toko buah.

Di belakang rumahnya, Jalan Anjani, Kelurahan Pakunden, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo, suami dari Aries Fitriani ini mulai membuka usahanya di tahun 2001.

Ia mengaku bingung, karena di belakang rumahnya hanya dimanfaatkan untuk membuang sampahnya warga sekitar.

Tangannya pun gatal untuk mengubahnya. Apalagi basicnya adalah keluarga petani jeruk. Maklum, ayah dua orang anak ini asli Banyuwangi yang terkenal dengan jeruknya.

Ia mengaku, jeruk yang panen kali ini merupakan generasi kedua. Setelah sebelumnya diterjang banjir hebat 2007.

"Saya memulai 2001. Tapi 7 tahun kemudian banjir. Berhari-hari ratusan jeruk saya terendam. Tapi anehnya tidak rontok jeruknya," kenangnya.

Ia pun bisa memanennya kala itu. Namun tidak bisa melanjutkan hidup pohon jeruknya yang sudah 7 tahun lebih.

"Saya memang panen. Tapi habis itu saya berhenti total. Saya beralih ke bisnis peternakan sapi," beritanya.

Namun, harga sapi yang gonjang-ganjing, membuatnya kembali menanam jeruk jenis siem pada tahun 2012. Semuanya dirawat seperti saat generasi pertama.

Ia menjelaskan, tidak memburu waktu untuk jeruknya berbuah. Karena ia sendiri melakukan metode pupuk alami yang terkadang diselingi pupuk kimia.

Baca juga:
Bupati Ponorogo Batalkan Uji Coba Jalan Searah di Segi 8 Emas, Sebabnya?

"Jika memang menggunakan kimia saya mengontrolnya langsung dengan ketat. Karena memang ada dampak lingkungannya," terangnya.

Ia menjelaskan, jika memang ada hama, biasanya tidak langsung menggunakan semprot yang langsung menempel di buah atau daun. Ia menggantungkan obat hama di pohon.

"Aromanya menyebar lewat angin. Karena saya memperhatikan unsur kesehatan. Karena yang makan saudara dan teman yang saya anggap saudara," katanya.

Ia pun terbuka, dengan cara membuka wisata petik jeruk. Dimana orang luar bisa memetik sendiri dan belajar di alam. Ia mengaku terbuka dengan siapapun termasuk petani yang ingin belajar mengembangkan wisata jeruk.

Ia mengatakan, membukanya diluar musim jeruk. Karena harga terangkat dan orang luar bisa menikmati jeruk sepanjang massa.

Baca juga:
Mitos Gunung Pegat Ponorogo, Calon Pengantin Ada yang Berani Melanggar?

"Ya saya atur untuk panennya di luar musim. Saya menanamnya memang lebih maju. Termasuk sistem pengairannya agar bisa panen terlebih dahulu," katanya

Ia pun mengklaim, buahnya manis. Dibanding dengan jeruk Jember atau Banyuwangi. Karena memang tidak menggunakan bahan kimia yang berlebihan.

"Ini usaha jeruk saya sudah panen. Masyarakat bisa ke kebun. Biasanya ada 50-100 pengunjung tiap hari. Dan habis pada bulan Mei," pungkasnya.

Reporter: Mita Kusuma

Editor: Erwin Yohanes

352 Pedagang Pasar Banyuwangi Direlokasi
Peristiwa

352 Pedagang Pasar Banyuwangi Direlokasi

Pasar Banyuwangi akan direvitalisasi menjadi pusat perbelanjaan dan destinasi heritage yang terintegrasi dengan Asrama Inggrisan, eks kantor dagang Inggris.