jatimnow.com - Diduga jalur rel trem saat zaman Belanda terlihat di balik amblesnya Jalan Raya Gubeng. Bagaimana Pemkot Surabaya menyikapinya?
"Belum tahu langkahnya gimana ini. Kita masih mikir dan konsentrasi pada nutup lubang (jalan) dulu," kata Kabag Humas Pemkot Surabaya M Fikser kepada jatimnow.com, Jumat (21/12/2018).
Diduga rel yang putus menyeruak di balik aspal. Akan ada penelitian? "Belum tahu, kami belum tahu. Kita fokus recovery," jawabnya.
Benarkah kawasan Gubeng ini dahulu pernah menjadi daerah elit Belanda dan terdapat lintasan atau jalur trem? Isu seksi itu sempat menjadi bahan diskusi di grup whatspp Komunitas Love Suroboyo.
Bahkan mereka juga memberikan analisa melalui foto yang terlihat besi di balik aspal yang diduga bekas rel trem tersebut.
Baca juga:
Rel Trem Itu Terkubur (Lagi) di Jalan Raya Gubeng
Data yng diperoleh dari wikipedia, jalur trem lintas Surabaya adalah nama yang diberikan kepada sejumlah jalur trem yang melewati perkotaan Surabaya.
Jalur ini dahulu dioperasikan oleh Oost-Java Stoomtram Maatschappij (OJS) serta merupakan satu-satunya jalur trem yang tersisa yang dimiliki oleh OJS pasca-kemerdekaan.
Trem ini resmi beroperasi pada tanggal 15 Mei 1923. Jalur utamanya juga dirombak total, jalur yang sebelumnya melewati tepian Sungai Kalimas akhirnya dialihkan melalui tengah kota, melewati Pasar Turi dan Sawahan serta mengikuti jalan protokol tengah kota, Diponegoro.
Baca juga:
Di Balik Amblesnya Jalan Raya Gubeng, Terlihat Jalur Trem?
Lintas lainnya adalah Simpang–Wonokromo, Simpang–Gubeng, Tunjungan–Sawahan, serta Simpang–Kalimas. Selain itu, untuk mendukung pemeliharaan operasi dibangun pula dipo trem dan pembangkit listrik di Sawahan.
Awalnya, semua jalur trem OJS adalah trem uap. Pada tahun 1911, untuk mempersiapkan trem listrik, OJS memperluas jaringannya hingga hampir seluruh Kota Surabaya terhubung dengan jalur kereta api sehingga pada tahun 1924 seluruh jalur trem Surabaya merupakan trem listrik.
URL : https://jatimnow.com/baca-10379-respon-pemkot-surabaya-soal-jalur-trem-di-zaman-belanda-lewat-gubeng