Pixel Code jatimnow.com

Tradisi Cap Go Meh, Menikmati Hidangan di Tengah Perbedaan

Editor : Narendra Bakrie   Reporter : Avirista Midaada
5.000 porsi lontong Cap Go Meh untuk dimakan bersama semua suku, ras dan agama disediakan di Klenteng Eng An Kiong, Kota Malang
5.000 porsi lontong Cap Go Meh untuk dimakan bersama semua suku, ras dan agama disediakan di Klenteng Eng An Kiong, Kota Malang

jatimnow.com - 15 hari setelah merayakan Hari Raya Imlek, saatnya masyarakat Tionghoa di Kota Malang menggelar perayaan Cap Go Meh di Klenteng Eng An Kiong, Jalan Laksamana Martadinata, Selasa (19/2/2019).

Tidak hanya warga Tionghoa yang datang ke klenteng itu. Warga dari berbagai suku, agama dan ras juga berbaur menjadi satu tanpa ada sekat, menikmati hidangan lontong Cap Go Meh yang dihidangkan pengurus klenteng.

Humas Klenteng Eng An Kiong, Anton Triyono mengatakan, perayaan Cap Go Meh rutin digelar di hari ke-15 pascaperayaan Imlek.

"Hari Cap Go Meh merupakan 15 hari setelah imlek itu rutin," terangnya, ditemui di klenteng.

Terkait makan bersama dengan menu lontong Cap Go Meh tanpa memandang agama, suku, dan ras, Anton menjelaskan itu menjadi bagian dari rasa syukur dan kebersamaan.

Baca juga:
10 Ribu Porsi Lontong Cap Go Meh Dibagikan Gratis di Balai Kota Surabaya

"Kalau kita sebagai manusia ciptaan Tuhan ingin selamat abadi, maka hubungan kemanusiaan harus dijalankan dengan baik tanpa memandang suku, bangsa, dan agama," jawabnya.

Bahkan Anton mengungkapkan, budaya makan bersama lontong Cap Go Meh itu berasal dari budaya asli Indonesia.

"Lontong Cap Go Meh itu di China tidak ada, adanya cuma sembayangnya saja. Cap Go Meh itu budaya Indonesia, lontong itu dari nasi, nasi adalah bahan pangan kita," tambahnya.

Baca juga:
Halo Rek! Besok Ada Festival Cap Go Meh di Surabaya Lho

Di tahun ini, pengurus klenteng menyajikan setidaknya 5.000 porsi lontong Cap Go Meh yang bisa dinikmati masyarakat Kota Malang secara umum hingga malam hari.

"Perayaannya hanya hari ini saja sampai nanti malam," tutupnya.