Pixel Codejatimnow.com

Pemilu 2019: Mahalnya Harga Sebuah Suara

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Jajeli Rois
Ilustrasi Pemilu 2019/ jatimnow.com
Ilustrasi Pemilu 2019/ jatimnow.com

jatimnow.com - Pemilu 2019 digelar serentak mulai dari Pemilu Presiden, pemilu DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD kabupaten dan kota serta DPD RI. Warga negara Indonesia pun ingin berpartisipasi menggunakan hak pilihnya, meski harus mengeluarkan biaya mahal untuk bisa mencoblos. Mulai kaum profesional, mahasiswa, pekerja rumah tangga dan tukang batu.

Seperti yang dialami Guanto (54) pekerja perkebunan di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dia harus pulang ke tempat tinggalnya di Rungkut, Surabaya, untuk bisa menggunakan hak pilihnya, saat Pemilu digelar 17 April 2019.

Guanto harus jalan darat agar bisa sampai di Bandara Sumbawa Besar sekitar 2 jam. Kemudian naik pesawat dari Sumbawa Besar ke Surabaya transit di Bandara Lombok.

"Keluarga ada di Surabaya. Saya ingin menggunakan hak pilih di Surabaya," ujar Guanto kepada jatimnow.com melalui telepon, Senin (15/4/2019).

Ia menerangkan, dia ingin selain memilih Calon Presiden dan Wakil Presiden, juga ingin memilih wakil rakyatnya tingkat DPR RI, DPRD Jawa Timur, DPRD Kota Surabaya dan DPD RI.

"Kalau di TPS di sekitar tempat kerja, hanya bisa mencoblos calon presiden saja. Saya pilih nyoblos di Surabaya sekalian cuti," tuturnya.

Keinginan warga untuk menggunakan hak pilihnya juga disampaikn Fernandes, warga Kutisari Utara, Surabaya.

Ia menceritakan, adik iparnya bernama Heru bekerja di bidang perbankan di Jakarta sudah merencanakan pulang ke Kutisari. Hanya untuk mencoblos.

"Adik ipar saya ingin mencoblos di Kutisari. Dia berpesan agar surat undangan memilih (C6) disimpan dan jangan sampai hilang, disimpan yang baik," kata Fernades.

Ia menambahkan, adik iparnya hanya pulang saat pencoblosan 17 April 2019.

Baca juga:
Hasto Tegaskan PDI Perjuangan Bukan Partai Kemarin Sore, Sindir Demokrat?

"Pulang hanya saat mencoblos. Setelah mencoblos, balik lagi ke Jakarta. Dia sudah pesan tiket pulang pergi Jakarta-Surabaya," jelasnya.

Warga yang ingin berpartisipasi dalam Pemilu 2019 juga disampaikan Wahyu Putri Megasari (20) mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Surabaya, asal Pilang Kenceng Kabupaten Madiun.

Dia tidak mengurus formulir A 5 karena ingin memilih presiden dan wakil presiden serta mencoblos calon wakil rakyatnya di tingkat DPRD Kabupaten Madiun, DPRD Provinsi Jatim, DPR RI serta DPD RI.

"Sebagai generasi muda nggak boleh golput. Kalau saya nyoblos di Surabaya, hanya bisa mencoblos calon presiden dan wakil presiden saja. Padahal saya punya calon wakil rakyat sesuai pilihan saya," ujar Putri.

Ia mengatakan, ada teman-temannya mahasiswa dan mahasiswi yang tidak bisa pulang ke kampung halamannya, karena jauh dan membutuhkan biaya serta waktu.

Baca juga:
Video: Pesan Mahfud MD untuk Jokowi-Prabowo

"Kalau teman-teman yang asal dari sekitar Surabaya, mencoblos di tempat asalnya. Tapi ada teman-teman saya yang dari luar pulau hanya mencoblos di Surabaya, karena biaya tiketnya mahal dan tidak ingin waktu pulang cuman sebentar. Kecuali kalau waktu liburan semester," terang Putri.

Haris, pekerja pabrik yang tinggal di Tenggilis Mejoyo, juga memutuskan untuk kembali pulang ke Ponorogo hanya untuk menggunakan hak pilihnya.

"Saya pilih pulang agar bisa mencoblos," kata dia. Ratusan ribu rupiah dia keluarkan agar bisa terlibat dalam pesta demokrasi.

Begitu pula dengan Sonia, pekerja rumah tangga di Kelurahan Kendangsari. Ia pulang ke Ngawi agar bisa mencoblos. "Satu suara, sangat berarti bagi masa depan Indonesia," kata Sonia. Juga Akmal, tukang batu di Rungkut.

"Saya ingin mendukung calon presiden, yang akan saya pilih. Saya pulang kampung, meski hanya sehari," kata Akmal.