Pixel Codejatimnow.com

Cerita di Balik Kemegahan Masjid Sabilillah Malang

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Avirista Midaada
Bagian dalam Masjid Sabilillah, Malang
Bagian dalam Masjid Sabilillah, Malang

jatimnow.com - Lokasi masjid ini berada cukup strategis setelah pintu masuk Kota Malang, tepatnya di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Masjid Sabilillah namanya, berada di lokasi strategis di pertigaan Blimbing menuju Kota Malang, masjid ini berdiri megah menyambut warga yang masuk ke Kota Malang dari sisi utara.

Mungkin bagi sebagian orang belum mengetahui, Masjid Sabilillah ini menjadi saksi bersejarah ketika laskar-laskar islam rakyat dan santri melawan mengusir tentara sekutu dalam Agresi Militer II pada November 1948 di Surabaya.

Sekretaris Takmir Masjid Sabilillah, Akhmad Farkhan menyatakan, tentara rakyat Laskar Hizbullah dibawah KH. Zainul Arifin dan Laskar Sabilillah dibawah KH. Masykur, sempat menjadikan tanah kosong yang kini menjadi bangunan Masjid Sabilillah.

"Dulu memang sini dijadikan markas menggalang dukungan untuk bertempur ke Surabaya," ungkap Farkhan.

Namun saat itu, lokasi beribadahnya di Masjid Jami Blimbing yang terletak di utara Masjid Sabilillah saat ini. Lantaran jemaah yang terus bertambah, keinginan untuk mendirikan masjid yang lebih besar muncul.

"Setelah tahun 1968 itu, jemaah masjid yang lama tidak lagi muat karena kian hari, jemaah kian bertambah. Maka pada 1968 dibentuklah panitia pembangunan Masjid Blimbing yang baru oleh KH. Nakhrawi Thohir," ujarnya.

Usai panitia terbentuk, peletakan batu pertama dilakukan pada tahun 1974 di sebuah tanah kosong di selatan Masjid Jami' Blimbing yang sempat dijadikan markas pejuang saat mengusir penjajah di pertempuran 10 November di Surabaya.

Baca juga:
Bayar Pajak Motor di Jatim Dapat Diskon hingga Tabungan Umroh

"Karena berbagai hal, pembangunan masjid ini sempat macet. Kemudian pada 4 Agustus 1974 atas prakarsa KH Masykur dibicarakan kembali pembangunan masjid ini di rumah beliau di Singosari. Pada 8 Agustus 1974, pembangunan masjid ini dimulai kembali," jelas Farkhan.

Sempat terhenti beberapa tahun, pembangunan masjid akhirnya selesai dalam waktu 6 tahun. Masjid sendiri dibangun menempati tanah seluas 8.100 meter persegi, dengan terdiri dari tiga bangunan, yakni  bangunan induk masjid, bangunan menara, dan bangunan pelengkap yang terdiri dari ruang kantor, tempat wudu, dan ruangan sekolah.

Uniknya Masjid Sabilillah ini memiliki konstruksi bangunan dengan melambangkan pergerakan perjuangan Indonesia, jumlah pilar di luar masjid sebanyak 17 buah melambangkan tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Sementara ketinggian masjid dari lantai bawah hingga atap yakni 8 meter melambangkan bulan dimana Indonesia merdeka dari penjajah.

Baca juga:
Ramadan 2019, Pengguna Jasa Pos di Tulungagung Meningkat

Tahun kemerdekaan Indonesia 1945 dilambangkan pada lebar masjid dan tinggi menara yakni 45 meter dari permukaan tanah.

Jarak antar pilar satu dan lainnya juga memiliki filosofis, dimana dengan jarak 5 meter antar pilar melambangkan Pancasila dan rukun islam yang jumlahnya juga lima. Di bagian menara masjid berbentuk segi 6 melambangkan rukun iman pada agama islam.

Di dalam masjid, juga terdapat 9 pilar menyokong masjid yang melambangkan jumlah Wali Songo yang menjadi penyebar agama islam di Pulau Jawa.