Pixel Codejatimnow.com

Tradisi Kupatan di Trenggalek Bakal Dikembangkan Jadi Festival

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Bramanta Pamungkas
Warga di Kecamatan Durenan, Trenggalek mengarak gunungan ketupat setinggi 3 meter
Warga di Kecamatan Durenan, Trenggalek mengarak gunungan ketupat setinggi 3 meter

jatimnow.com - Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin atau Cak Ipin menghadiri tradisi kupatan yang digelar masyarakat Kecamatan Durenan. Tradisi yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu ini bakal dikembangkan menjadi destinasi wisata budaya.

Ditemani istri dan dua anaknya, Bupati Cak Ipin ikut dalam rombongan yang mengarak gunungan ketupat yang menyerupai tumpeng dari Pondok Pesantren (Ponpes) Babul Ulum menuju lapangan setempat. Ia juga didampingi sejumlah pejabat di Pemkab Trenggalek.

Dalam sambutannya, Bupati Cak Ipin mengapresiasi tradisi kupatan yang terus dilestarikan oleh masyarakat setempat. Tradisi yang digelar setiap tahun pada tanggal 7 Bulan Syawal itu sudah menjadi icon budaya Kecamatan Durenan dan banyak dicontoh daerah lain.

Bupati Cak Ipin, istri dan dua anaknya ikut memeriahkan tradisi kupatan di TrenggalekBupati Cak Ipin, istri dan dua anaknya ikut memeriahkan tradisi kupatan di Trenggalek

"Bisa dikatakan tradisi kupatan setiap tanggal 7 Syawal ini berawal dari Durenan," katanya, Rabu (12/6/2019).

Baca juga:
Mengenal Sejarah dan Tradisi Lebaran Ketupat di Trenggalek

Tradisi ini, setiap tahunnya menarik perhatian masyarakat dari luar kota untuk datang dan terlibat langsung di dalamnya. Atas dasar itu, Bupati Cak Ipin berencana mengembangkan tradisi ini menjadi Festival Ketupat.

Rencananya, Festival Ketupat itu nantinya, selain masyarakat bisa menikmati ketupat dengan gratis, sejumlah perlombaan juga akan digelar untuk memeriahkannya.

Baca juga:
Video: Melihat Tradisi Kupatan di Durenan Trenggalek

"Tahun depan akan kita buat Festival Ketupat, tapi untuk permulaan saat ini kita mengadakan lomba membuat ketupat," terangnya.

Tradisi kupatan di Kecamatan Durenan berawal dari tradisi keluarga Ponpes Babul Ulum. Mereka selalu melakukan puasa selama 6 hari, setelah lebaran. Saat hari ketujuh bulan Syawal, mereka merayakannya dengan makan ketupat. Tradisi ini kemudian diikuti oleh tetangga dan masyarakat hingga saat ini.