Pixel Code jatimnow.com

Jumlah Penderita Hepatitis A di Jatim Hampir 1000 Orang

Editor : Narendra Bakrie   Reporter : Arry Saputra
Ilustrasi/jatimnow.com
Ilustrasi/jatimnow.com

jatimnow.com - Penderita Hepatitis A di Jawa Timur hingga 1 Juli 2019, tercatat sebanyak 975 orang. Agar penyebaran penyakit tersebut tidak semakin meluas, Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) menargetkan penghentian penyebarannya dalam waktu dua pekan.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Pemprov Jatim Kohar Hari Santoso mengatakan, berbagai upaya sudah dilakukan, mulai dari penanggulangan hingga pencegahan. Meski jumlah pasien masih bertambah, penyebaran wabah tersebut sudah dapat ditekan.

"Mudahan-mudahan dalam kurun dua minggu ini sudah kita selesaikan, sambil kita pantau terus," kata Kohar, Senin (1/6/2019).

Dinkes Jatim mencatat, sejak tanggal 27 Juni 2019, penderita penyakit Hepatitis A sebanyak 824 di Kabupaten Pacitan. Esoknya, penderita bertambah 100 orang menjadi 924 penderita. Namun, dua hari setelahnya secara berturut-turut, penyebaran wabah terus menurun.

"Pasien bertambah 33 penderita menjadi 957 penderita. Data terakhir per 1 Juli 2019 sebanyak 975 penderita," kata Kohar.

Baca juga:
Dinas Kesehatan: KLB Hepatitis A di Pacitan akan Dicabut Oktober

Kohar menambahkan, selain di Pacitan, sejumlah daerah lainnya juga akan dilakukan upaya penanggulangan jika ditemukan kasus baru. Nantinya akan mengisolasi pasien untuk mencegah penularan penyakit ke orang lain selama pengobatan.

"Kemudian melakukan survei penyelidikan epidemiologi untuk menekan potensi penyebaran wabah ke daerah lain. Lalu gencar mensosialisasikan kepada masyarakat. Terutama tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)," jelasnya.

Dinkes Jatim, lanjut Kohar, juga akan memeriksa terkait kebersihan sehari-hari dan terkait makanan serta minuman yang dikonsumsisi warga.

Baca juga:
Tidak Ada Penderita Baru Hepatitis, Kadinkes Pacitan: KLB Bisa Dicabut

"Bagaimana mereka buang air besarnya, bagaimana mereka cuci tangannya, bagaimana air minumnya apa sudah digodok sampai mendidih direbus, bagaimana makanan tidak terkontaminasi dan bagaimana masyarakat tidak membuang sampah sembarangan," sambungnya.

Menurut Kohar, dengan penanggulangan itu diharapkan ke depannya tidak ada penambahan jumlah penderita.