Pixel Codejatimnow.com

Mahasiswa UB Ciptakan Inovasi untuk Kaca Gedung Pencakar Langit

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Avirista Midaada
Tiga mahasiswa UB yang menciptakan inovasi untuk kaca gedung pencakar langit
Tiga mahasiswa UB yang menciptakan inovasi untuk kaca gedung pencakar langit

jatimnow.com - Tiga mahasiswa jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB) Malang menciptakan inovasi membuat pelapis kaca pendingin dan swabersih. Dengan perlakukan plasma nitrogen pada lapisan TiO2, kaca bersifat dingin dan tetap bersih.

Cara kerja inovasi itu memanfaatkan sifat fotokatalis dan sifat superhidrofilik pada lapisan. Sifat super hidrofilik berperan sebagai penurun suhu pada gedung. Sedangkan sifat fotokatalis memberikan efek degradasi partikel, bakteri dan virus sehingga kaca tetap bersih.

"Untuk deteksi penurunan suhu dengan prototype gedung yang kami buat, menggunakan adruino nano dengan thermistor sebagai pengukur suhu," ungkap Dhafi Alvian, salah satu perwakilan tim, pada Selasa (2/7/2019).

Inovasi ketiga mahasiswa yang terdiri dari Janssen Wongkalanujaya, Safira Rachmaniar dan Dhafi Alvian Nugraha dengan bimbingan sang dosen Dr. Eng. Masruroh itu berhasil menyabet medali emas dalam ajang Young Scientiest International Seminar and Expo (YSIS) 2019 untuk kategori Environment and Energy yang diselenggarakan di Universitas Brawijaya pada Senin 24 Juni 2019 hingga Selasa 25 Juni 2019.

Baca juga:
Mahaiswa ITS Gagas Modifikasi Aspal dari Limbah Lumpur dan Kelapa Sawit

Bahkan, inovasi tersebut mengantarkan ketiganya mendapat pendanaan pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM PE) tahun 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) serta akan mengembangkan protipe tersebut.

Dhafi menilai keunggulan dalam penelitian ini adalah penggunaan teknik spin coating mudah, murah dan cepat apabila dibandingkan dengan metode lain.

Baca juga:
Pemkot Surabaya Buka Lomba Inovasi Kota Inovboyo 2024, Buruan Daftar!

"Senang karena mendapatkan hasil terbaik dalam ajang YSIS. Harapannya kaca dengan perlakuan ini dapat dikomersialisasikan dan lebih beragam penggunaannya pada berbagai bidang," ungkap Janssen, anggota tim lainnya.

Inovasi itu berawal banyaknya gedung pencakar langit dengan kaca yang kerap panas dan kotor saat terpapar sinar matahari dan debu. Akibatnya, penggunaan pendingin ruangan air conditioner (AC) kerap kali digunakan. Hal itu memicu peningkatan kenaikan energi yang menyebabkan pemanasan global. Begitu pula dengan perawatan kaca di gedung bertingkat yang memerlukan biaya tidak sedikit dan harus ditangani oleh tenaga kerja profesional yang terlatih lantaran rentan mengalami kecelakaan kerja.