jatimnow.com - Sosok Mbah Suwondo (65) mantan aparatur sipil negara (ASN) tukang kebun di Blitar Selatan begitu menginspirasi.
Warga Dusun Krajan, Desa Tambak Rejo, Kecamatan Wonotirto ini rela mengorbankan gaji pensiunannya untuk menghijaukan 19 kilometer garis bibir pantai yang ada di desanya.
Gaji pensiunan abdi negara milik Mbah Suwondo digunakan untuk mengangsur pinjaman di salah satu bank sebesar Rp 140 juta.
Sisa uang pensiun yang diterimanya perbulan hanya Rp 375 ribu. Uang tersebut, sepenuhnya digunakan untuk melestarikan lingkungan hidup dan kebudayaan melalui seni karawitan dan penghijauan.
"Awalnya saya pinjam Rp 20 juta. Kemudian saya pinjam lagi Rp 70 juta lagi untuk biaya pembibitan hingga siap tanam termasuk pupuk dan ritual Tebus Bumi untuk memulai penanaman. Kemudian kurang, saya pinjam lagi 140 juta," kata Mbah Wondo, Rabu (31/7/2019).
Penghijauan 19 kilometer bibir pantai Blitar Selatan dimulai di Pantai Pasetran Gondo Mayit pada tahun 2014. Bersama Pos Keamanan Laut Terpadu (Poskamladu) dan pemerintah desa setempat, 300 pohon cemara udang mulai ditanam.
Sejak saat itu, penghijauan terus dilakukan. Mbah Suwondo juga mendirikan organisasi bernama Jawa Dipa Nusantara untuk mewadahi gerakan peduli budaya dan pelestarian lingkungan yang ia gagas.
Mulai dari Pantai Gayasan, Legundi, Peden Cilik, Sumur Gumuling, Pelabuhan, Tambak Rejo, Pasir Putih, Pasetran Gondo Mayit, Banteng Mati, Selok Tinggi hingga Pantai Kresek telah ia tanami pohon.
Selain cemara udang, Mbah Wondo juga menanam berbagai pohon produktif seperti Kelapa, Mangga, Jambu Merah. Meskipun begitu, kegiatan mulia ini sempat tidak mendapat restu sebagian masyarakat.
Baca juga:
Dira Beach Cafe Sajikan Nuansa Pinggir Pantai di Tengah Kota Jember
"Awalnya dulu sering ketika kami tanam kemudian dicabuti orang yang tidak bertanggung jawab. Bahkan pohon yang dicabut diletakkan di pinggir jalan agar kami melihatnya. Namun saya nggak mau rame. Ketika dicabuti ya saya tanami lagi sampai orangnya menyerah," kata pria yang beristrikan Mujiati (41) ini.
Lima tahun berselang, buah kesabaran laki-laki empat anak itu mulai menampakkan hasilnya. Sebagai contoh, pantai pasir putih yang dulunya kotor dan panas, kini berubah menjadi asri dan sejuk.
Banyak wisatawan yang datang dengan membawa tikar memilih berteduh di bawah pohon cemara udang sembari menikmati hamparan air laut.
Berkat ketelatenan dan kesabaran yang dimiliki, berbagai penghargaan juga telah diraih. Terakhir, ia dan Jawa Dipa Nusantara mendapatkan Penghargaan Kalpataru, penghargaan di bidang lingkungan hidup.
"Dan saya tidak pernah meminta ke pejabat untuk didaftarkan Kalpataru. Ceritanya dulu Kanjeng Bupati datang lalu melihat ini (penghijauan)," tegas Mbah Wondo.
Baca juga:
Pesona Menakjubkan 5 Pantai di Malang, Pantas Dikunjungi saat Liburan
Di ujung wawancara, Mbah Wondo berpesan agar masyarakat meningkatkan kesadaran melestarikan lingkungan dan kearifan lokal. Ia juga membuka pintu kepada siapapun yang ingin menyumbang pohon demi penghijauan.
"Kalau ada bantuan ya saya terima, tapi kalau tidak ada ya saya ndak minta. Harapannya semoga saya bisa menghijaukan seluruh Jawa Timur kalau bisa Nusantara," pungkasnya.