Pixel Codejatimnow.com

Refleksi Akhir Tahun 2019, Ini Harapan Gerakan Santri Milenial

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Jajeli Rois
Gerakan Santri Milenial di Jawa Timur
Gerakan Santri Milenial di Jawa Timur

jatimnow.com - Refleksi akhir tahun 2019, Gerakan Santri Milenial memberikan catatan penting bagi para pemangku kebijakan di Jawa Timur serta Indonesia.

Ketua Gerakan Santri Milenial Jawa Timur, Ahmad Athoillah mengatakan Indonesia sedang menghadapi bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif (antara 15 hingga 64 tahun) lebih besar daripada penduduk usia nonproduktif.

"Pemuda usia remaja saat ini akan menjadi bagian terbesar di dalam angkatan kerja usia produktif di era bonus demografi yang diperkirakan akan terjadi pada kurun waktu 2020-2030," kata Ahmad Athoillah di Surabaya, Minggu (29/12/2019).

Untuk dapat memanfaatkan momen langka yang terjadi sekali seumur hidup ini dengan baik, kata Athoillah yang juga anggota Komisi B DPRD Jatim menilai dibutuhkan pemetaan mengenai kuantitas dan kualitas sumber daya pemuda Indonesia.

"Artinya, tanpa pendidikan yang cukup, kesehatan yang baik, dan skill yang berkembang, Indonesia akan melewatkan begitu saja manfaat dari bonus demografi tanpa hasil yang maksimal," terangnya.

Bonus demografi itu tidak secara otomatis dinikmati begitu saja. Untuk memanfaatkannnya, perlu didukung oleh kebijakan yang sesuai seperti, perbaikan dan peningkatan pelayana kesehatan, keterampilan melalui pendidikan dan pelatihan, pengendalian jumlah penduduk, serta kebijakan ekonomi yang mendukung fleksibilitas dan keterbukaan pasar kerja.

Ahmad Athoillah 

"Gerakan santri milenial berupaya mendorong pembentukan masa depan generasi milenial yang produktif kreatif dan penuh gagasan inovatif, serta pembangunan SDM yang bagus, yang berpusat pada kelompok anak muda," ujarnya.

Baca juga:
Pengeroyok Santri di Blitar Tak Ditahan, Keluarga Korban Datangi Kejari

Ia menambahkan, tahun 2045 adalah impian besar para milenial dan pemuda Indonesia untuk membentuk negara dan bangsa yang mampu bersaing dengan bangsa lain.

"Serta dapat menyelesaikan masalah-masalah yang mendasar di tanah Air kita seperti, isu korupsi, kemiskinan. Kuncinya berada pada kualitas sumber daya manusianya, terutama pemuda dan para generasi milenial," lanjutnya.

Gus Athoillah sapaan akrabnya mengatakan, SDM anak muda perlu diarahkan menjadi entrepreneur yang handal, sehingga mereka tidak hanya berorientasi mendari kerja, tapi juga membuka lapangan kerja.

"Anak-anak muda jangan hanya diberi pelatihan lalu dibiarkan saja. Tapi perlu didampingi dan diarahkan untuk memanfaatkan peluang dengan bekal keterampilan yang sudah diberikan, sehingga bisa mandiri," harapnya.

Politisi DPRD Jatim dari PKB ini mengakui, program-program yang digagas Gubernur Jawa Timur selama ini cukup baik dalam tatanan program.

Baca juga:
13.000 Santri Lirboyo Kediri Nyoblos Usai Salat Hajat

Tapi, aplikasinya masih jauh dari harapan. Ia mencontohkan, program one product one pesantren (OPOP) baru tataran pengenalan produk-produk yang sudah jadi.

"Kami berharap ada bukti nyata pesantren yang dulunya tidak punya produk apapun, setelah diberi pelatihan dan bimbingan kemudian bisa menghasilkan produk. Demikian juga untuk program satu desa satu produk unggulan," ujarnya.

Program Milenial Job Center katanya, juga kurang sesuai dengan harapan, sebab dalam setahun terakhir ini memang banyak startup yang tumbuh tapi yang dapat bertahan sekitar 5 persen.

"Jangan sampai anak-anak muda hanya berorientasi menjadi reseller produk luar negeri. Tapi bagaimana menumbuhkan produk minimal bisa menguasai pasar dalam negeri yang selama ini dibanjiri produk asing," tandasnya.