Pixel Codejatimnow.com

Dosen di Surabaya ini Buat Beton dari Campuran Bakteri Karbonoklastik

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Farizal Tito
Dr Dra Enny Zulaika M P menunjukkan laporan penelitiannya
Dr Dra Enny Zulaika M P menunjukkan laporan penelitiannya

jatimnow.com - Dosen Departemen Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Dra Enny Zulaika M P berinovasi membuat beton dinding anti retak dan ramah lingkungan dari campuran bakteri karbonoklastik.

Menurutnya, penambahan bakteri karbonoklastik dalam adonan beton dinilai dapat mencegah keretakan pada dinding karena mengandung kalsium karbonat.

"Kalsium karbonat inilah yang nantinya akan bekerja mencegah keretakan pada dinding," jelasnya, Selasa (28/1/2020).

Menurutnya, bakteri karbonoklastik menghasilkan karbonat dalam bentuk kristal. Di antaranya adalah kalsit, vaterit, dan aragonit.

"Kristal-kristal tersebut nantinya akan menjahit sendiri saat ada dinding yang retak," bebernya.

Enny berpendapat, kristal kalsit merupakan kristal yang paling baik di antara dua kristal lainnya karena dinilai stabil. Kestabilan bentuk kristal kalsit inilah yang membuatnya sangat baik untuk menjahit keretakan pada dinding.

"Kristal kalsit juga berfungsi untuk memperkuat beton," ujarnya.

Dosen lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini mengungkapkan bahwa bakteri karbonoklastik diambil dari daerah pegunungan kapur.

Menurutnya, kapur merupakan bahan dasar pembuatan semen, sehingga bakteri yang berasal dari daerah kapur diharap dapat mudah beradaptasi.

Baca juga:
Lemlit Unitomo Gelar Klinik Proposal Hibah Penelitian DRTPM 2024

"Saya sengaja mengambil dari pegunungan kapur agar bakteri mudah beradaptasi dengan bahan baku semen lainnya," ungkapnya.

Enny menyebutkan ada tiga pegunungan kapur di Jawa Timur yang dipilihnya yaitu Gua Akbar di Tuban, Tambang Kapur Suci di Gresik, dan Bukit Jaddih di Bangkalan.

"Lokasi-lokasi tersebut saya pilih karena butuh bakteri yang berasal dari lingkungan ekstrem," jelasnya.

Ia mengungkapkan, beton dengan tambahan bakteri karbonoklastik ini memiliki kelebihan dibanding beton pada umumnya.

Baca juga:
Mahasiswa IPB Ditemukan Meninggal Saat Penelitian di Pulau Sempu Kabupaten Malang

Selain ramah lingkungan, ternyata dalam proses pembuatannya juga tidak membutuhkan biaya yang mahal.

"Karena kita mencegah kerusakan, maka butuh biaya yang lebih murah daripada memperbaikinya," tuturnya.

Dalam penelitiannya, Enny menggandeng beberapa dosen dari Departemen Teknik Sipil ITS. Enny berharap setelah penelitiannya selesai, beton dengan kandungan bakteri ini dapat membantu orang-orang teknik untuk mengatasi dan mencegah masalah keretakan pada dinding.

"Saya harap penelitian ini segera selesai dan bisa diimplementasikan agar dapat dirasakan manfaatnya," tandasnya.